Kadinkes tekankan Jabar fokus cegah lahirnya anak stunting baru

Estimated read time 2 min read

Pasteur, Jawa Barat (ANTARA) – Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat mengatakan, pihaknya saat ini fokus mencegah kelahiran anak terganggu, setelah risiko penularan di wilayahnya semakin meningkat.

“Dulu kami hanya fokus merawat anak-anak penyandang disabilitas.” “Kami masih menangani anak-anak yang gagap, namun saat ini kami fokus untuk mencegah lahirnya anak-anak baru yang gagap karena beberapa faktor,” kata dr. Raden Winnie Adani Devi saat jumpa pers di Pasteur, Jawa Barat, Selasa.

Ani mengatakan, pada data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2022, jumlah penduduk di Jawa Barat sebesar 20,2 persen. Sayangnya, angka tersebut akan kembali meningkat pada tahun 2023 menjadi 21,7 persen.

Menurutnya, hal tersebut sangat menyulitkan Pemerintah Jabar karena fokus mengurus anak-anak yang sudah siap. Namun, di saat yang sama, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari.

Inilah kelahiran anak cacat yang bisa disebabkan oleh kemiskinan ekstrim, pasangan suami istri yang sedang mengalami kekurangan tenaga (CEK). Belum lagi adanya anak gizi buruk yang lebih rentan terserang penyakit baru.

Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah Jabar berupaya mencegah hal tersebut dengan mencanangkan program “Geber Si Jumo ni Jamilah” yang merupakan kelompok untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pernafasan, perlunya vaksinasi, pengobatan tuberkulosis (TBC) dan penyaringan. setelah kehamilan.

Program tersebut juga mencakup pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah (db) dan penerapan hidup bersih dan sehat (PHBS). Program tersebut kini telah dilaksanakan di beberapa kota di Jawa Barat seperti Garut dan Bogor.

“Walaupun berdasarkan data SKI prevalensi kita semakin meningkat, namun menyadarkan kita semua dan alhamdulillah, kemarin kita bekerja sama dengan partner kita yaitu Nutrition International (NI). Kita tahu bahwa masalah ini bisa kita atasi dengan mengedepankan edukasi dan dukungan. masyarakat,” kata Ani.

Ia melanjutkan, pemerintah saat ini tidak hanya bergantung pada data yang ada. Semua unit melakukan pengukuran pada waktu yang sama. Semua anak dinilai dan diukur menggunakan alat ukur yang disepakati secara nasional. Juga diukur oleh calon pengantin, seperti mengukur lingkar lengan atas.

“Kami tidak hanya bermain-main dengan data, pada saat yang sama kami membuat pengukuran dan solusi.” “Itu cara kita menghadapi semua risiko seperti KEK kehamilan yang kita inginkan, kita juga ada monitoring harian dari Kementerian Kesehatan, dan sejak hari ke 11 kita masuk lima besar tindakan di Indonesia,” ujarnya. dia berkata.

Tindakan langsung dan sensitif dilakukan, seperti memberikan obat pengencer darah (TTD) kepada anak perempuan di sekolah.

Sementara terkait penanganan anak-anak cacat, Ani menjelaskan, jajarannya menyediakan makanan penyembuhan, tergantung tingkat gizi buruk yang dialami.

“Kami tidak menunggu (anak) gagap, itu berbahaya, makanya kami terus melakukan intervensi,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours