Kapolri Terjunkan Itwasum hingga Propam Usut Bocah Tewas Dianiaya Polisi di Padang

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Kapolri Listyo Sigit Prabowo menurunkan tim untuk memantau perkembangan terkait kasus remaja SMA di Sumbar, Afif Maulana (13) yang tewas diduga diserang anggota Polda Sumbar. Peralatan yang digunakan terdiri dari Itwasum hingga Propam.

“Kami turun dari Mabes (Polri), tim Itwasum, dari Propam untuk mengecek penyidikan dan proses yang dilakukan,” kata Listyo kepada wartawan, Selasa (2/7/2024).

Jenderal Listyo mengungkapkan, Kompolnas pun turun langsung mengusut masalah tersebut, begitu pula jajaran Polri. Kompolnas juga datang di antara mereka untuk belajar, katanya.

Sebelumnya, Irjen Pol Suharyono, Irjen Pol Suharyono, mengatakan hasil autopsi Afif Maulana (13) yang ditemukan mengambang di sungai, tepat di bawah Jembatan Kuranji Kota Padang, merupakan hasil dari tulang rusuk menembus miliknya. paru-paru

“Ada 6 patah tulang di bagian tulang rusuk kiri belakang. Kemudian patah tulang paru kirinya hingga robek 11 sentimeter. Itu penyebab kematiannya,” kata Kapolda Sumbar, Minggu (30/6). / 2024).

Hasil otopsi luar kemudian menunjukkan adanya goresan dan lebam di sekujur tubuhnya akibat terjatuh dari sepeda motor. Setelah Afif terjatuh, Maulana dikabarkan melompat dari jembatan ke sungai.

“Kemudian ada yang lebam, jadi yang dikatakan beberapa pihak itu lebam, itu lebam di badan. Luka lebam itu muncul di badan karena sudah lewat 9 jam sejak korban terjatuh ke sungai hingga ditemukan pada pukul 11.55 WIB.” “, kata Kapolri.

Irjen Pol Suharyono menjelaskan, berdasarkan informasi ahli forensik kepolisian dan dokter umum, tekanan pada jenazah bisa saja terjadi dalam waktu 9 jam setelah korban meninggal. “Informasi ini sudah didengar kemarin dari berbagai institusi,” jelasnya.

Kapolda mengatakan, sebelum Afif terjun ke sungai sekitar pukul 21.30 WIB, ia menelpon Aditya (17) untuk menanyakan apakah terjadi perkelahian. Kemudian Aditia menjawab belum mendapat informasi apapun dan meminta Afif Maulana datang ke rumahnya. “Di rumah Aditia Afif Maulana diingatkan untuk tidak ikut, tapi diminta ikut. Ada pembicaraan pada pukul 22.00, dari pukul 09.30 WIB hingga 22.30 WIB, rencananya mereka akan bertemu untuk bersiap berpartisipasi ( sebuah perkelahian).” kata kepala polisi.

Kemudian mendapat informasi akan terjadi perkelahian dan menuju Jembatan Kuranji, Aditya mengendarai Afif Maulana dengan sepeda motor. Kemudian seorang polisi yang berada di lokasi, untuk menghindari perkelahian, menendang sepeda motor Aditya hingga terjatuh.

Setelah itu, Aditya berusaha mencari ponselnya yang terjatuh dan Afif memintanya untuk terjun ke sungai, namun Aditya menolak. Prosesnya terjadi dengan cepat dan keduanya langsung putus.

“Usaha mengajak jelas, upaya melompat jelas, upaya menolak ajakan jelas. Namun, hanya satu saksi yang melihat ketika dia (Afif) melompat, ketika dia mengutus memutuskan untuk bertindak, ketika dia memahami ajakan tersebut. “, kata Kapolri.

Suharyono mengatakan, waktu perbincangan sangat cepat dan jangan dikira santai, melainkan dalam keadaan panik hingga dikejar polisi, meski dalam jumlah besar. “Kejadian ini terjadi di Jembatan Kuranji,” ujarnya.

Saat Tim Penyapu polisi tiba, Aditia sedang sibuk mencari ponselnya yang hilang. Beberapa detik kemudian dia menoleh ke kanan, Tim Sweeper sudah mencengkeram lehernya. Saat tim kedua datang, Afif sudah pergi.

“Saya lihat, pas Adit tanya apa yang dia bilang ke polisi, teman saya langsung loncat. Polisi bilang itu tidak mungkin dan mereka tidak percaya, ini bicara fakta, bukan asumsi. Saat saya tanya ke polisi, kenapa? kamu jawab. Tidak mungkin, jawab polisi karena dia tinggi,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours