Kebijakan ekonomi Jokowi menekan angka kemiskinan hingga 9 persen

Estimated read time 4 min read

Jakarta dlbrw.com – Asisten Koordinasi Makroekonomi dan Keuangan Kementerian Kerjasama Perekonomian, Feri Erwan memperkirakan kebijakan ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu menurunkan angka kemiskinan hingga 9,03 persen dari tahun sebelumnya sebesar 9,36 persen persen dalam setahun. . Sementara itu, kemiskinan ekstrem menurun menjadi 0,83 persen dari sebelumnya 1,12 persen.

“Pada tahun 2014, angka kemiskinan di Indonesia sekitar 11 persen, namun pada tahun 2024 angka tersebut turun menjadi sekitar 9 persen,” kata Ferri. Bahkan, kemiskinan ekstrem yang awalnya 6 persen, kini turun menjadi 0,83 persen, kata Ferry. Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema “Menuju Satu Dekade Pembangunan Indonesia” di Jakarta, Senin.

Phiri mengatakan di balik pencapaian tersebut, Indonesia menghadapi berbagai tantangan baik di tingkat domestik maupun global, khususnya di sektor keuangan.

“Sejak tahun 2014, Indonesia menghadapi berbagai tantangan eksternal, mulai dari pelemahan ekonomi global, perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok, hingga pandemi Covid-19.” Krisis-krisis tersebut berdampak besar terhadap perekonomian negara, terutama pada sektor konsumsi dan tenaga kerja. “, dia juga berkata.

Ia juga menjelaskan, kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah dalam satu dekade terakhir memiliki tiga pilar utama untuk mengentaskan kemiskinan.

Pertama, menjaga daya beli masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah. Terkait hal tersebut, pemerintah meluncurkan berbagai program bantuan sosial, seperti program sembako dan bantuan langsung tunai. Program-program tersebut berperan penting dalam menjaga daya beli rumah tangga miskin.

Kedua, program pemberdayaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Program seperti Dukungan UKM dan Program Ketahanan Pangan ditujukan untuk mendorong usaha mikro dan kecil yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat.

Ketiga, perbaikan infrastruktur untuk mobilitas dan akses ekonomi.

Proyek infrastruktur besar yang dilaksanakan pada era Jokowi, seperti pembangunan jalan tol dan akses digital, telah membantu memperluas peluang perekonomian di berbagai daerah terpencil.

“Ini penting untuk pemerataan ekonomi dan membuka akses bagi masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses,” tegasnya.

Ferry melanjutkan, pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan di masa depan.

Reformasi struktural juga akan terus dilakukan, seperti yang dilakukan melalui Omnibus Act dan Transformasi Ekonomi Hijau.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, sesuai pilar utama yang disebutkan Feri.

Berkontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan membuka lapangan kerja bagi sebagian besar masyarakat, sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

Kepala Pakar Pengembangan Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), Hanong Harimba Richman menjelaskan tiga langkah strategis yang dilakukan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) dalam membangun dan memperkuat perekonomian nasional, antara lain: modal, Akses terhadap investasi disertakan. Permodalan dan perlindungan usaha kecil dan menengah.

Salah satu pendekatan utama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah adalah memastikan bahwa UKM memiliki akses terhadap peluang pembiayaan. Pendekatan ini tidak hanya mencakup dukungan finansial langsung, namun juga bimbingan agar UKM mengetahui cara mengelola modalnya secara efektif.

“Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah terus meningkatkan berbagai program pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah, termasuk skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan pinjaman berbunga rendah kepada usaha kecil dan mikro,” ujarnya lagi.

Ia juga mengatakan, tidak hanya memberikan permodalan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah juga berupaya membuka akses permodalan yang lebih besar bagi pelaku UKM melalui berbagai skema.

Langkah kuncinya adalah kolaborasi dengan lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank, serta memanfaatkan platform digital yang berkembang pesat.

“Kami mendorong UMKM untuk memasuki ranah digital, di mana mereka dapat mengakses berbagai program keuangan dengan lebih efektif,” imbuhnya.

Pemerintah juga telah menciptakan berbagai kebijakan untuk mendukung hal tersebut, termasuk kebijakan mengalokasikan 40 persen belanja pemerintah pada barang dan jasa untuk produk UMKM.

Lebih lanjut Hanong menjelaskan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mendorong UKM untuk tidak hanya mengandalkan permodalan dari lembaga keuangan tradisional.

Ia menekankan pentingnya melindungi UKM karena mereka menghadapi persaingan yang ketat baik dari pasar lokal maupun internasional. Langkah penting adalah memperkuat undang-undang yang melindungi UMKM dari praktik bisnis yang tidak sehat.

“Kita menghadapi tantangan produk impor yang harganya murah, seringkali membuat UKM kesulitan bersaing,” ujarnya.

Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan berbagai intervensi untuk melindungi UKM dari praktik bisnis yang tidak sehat seperti pencungkilan harga, dimana produk impor dijual dengan harga yang sangat rendah sehingga mematikan bisnis lokal.

Ia menekankan bahwa perlindungan terhadap UKM tidak terbatas pada undang-undang perdagangan tetapi juga mencakup pemberdayaan dan dukungan untuk menghadapi tantangan digitalisasi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours