Kecerdikan Gajah Mada Taklukkan Kerajaan Bali dengan Jurus Aturan Dharma Ksatria

Estimated read time 3 min read

Pemekaran wilayah Majapahit terjadi pada masa Gaja Mada sebagai Mahapatih. Pemekaran wilayah yang disebutkan Gaja Mada dalam sumpah Palapa merupakan bagian dari kesatuan nusantara.

Langkah pertama diambil untuk menaklukkan pulau Bali, sebelah timur Jawa. Awalnya direncanakan untuk memudahkan penaklukan Bali, karena banyak persamaannya. Namun ternyata keadaan tidak berjalan sesuai keinginan kerajaan Majapahit.

Meski sukses, penaklukan Pulau Dewata tak lepas dari peran langsung Gaja Mada. Melihat adanya kendala dalam penaklukan Bali, Gaja Mada segera menerapkan ajaran dharma, yaitu masalah menepati janji.

Strategi ini dinilai sangat bijak karena juga dikutip dari buku Sistem Politik dan Kepemimpinan Gajah Mada karya Enung Nurhayati. Mahapatih Majapahit mengalahkan Ki Pasung Grigis karena persoalan binatang.

Ya, Gaja Mada mampu mengusir pasukan Bali berkat janji teguh Ki Pasung Grigis, panglima tentara saat itu. Saat itu Ki Pasung Grigis menjanjikan makanan anjing tersebut, namun kenyataannya hanya diberi sabut kelapa.

Menurut sang ksatria, tindakan ini melibatkan ingkar janji dan tindakan rendah. Gaja Mada pun menceritakan kepada Ki Pasung Grigis bahwa dengan melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan kesaktiannya jika ia melakukan perlawanan.

Ki Pasung Grigis awalnya terkejut dengan keadaan ini, namun aturan tentang dharma kesatria yang sangat diyakininya menghalanginya untuk berbuat apa pun. Maka ia segera menyatakan penyerahannya kepada Gaja Mada.

Tentara Kerajaan Majapahit menang tanpa banyak kekalahan. Mahapatih kemudian memberikan tugas kepada Arya atau ksatria Majapahit lainnya untuk menaklukkan Bali sepenuhnya.

Untuk menjalankan usahanya, Gaja Mada konon menugaskan beberapa orang yang ditunjuk sebagai pemimpin tentara Majapahit untuk tinggal dan memerintah beberapa distrik.

Arya Belog dari Kaba adalah Kaba, Arya Dalankang dari Barko, Arya Sentong dari Karangsari dan Arya Kanuruhan Singa Sardula dari Thangka dan lain-lain. Pasukan ini diperingatkan untuk memperjuangkan penyerahan wilayah Bali sepenuhnya kepada Majapahit.

Kemudian tentara Majapahit di bawah komando Gaja Mada dan Mpu Aditya (Adityavarmman) konon mulai bergerak dari Babad Arya Kutavaringin. Mpu Aditya sendiri disebut-sebut merupakan kerabat Melayu dari Tribhuvanottunggadevi yang menyerang Pulau Bali.

Penyerangan dilakukan ke empat arah, dua armada Majapahit mendarat di Bali selatan setelah melewati selatan Bali dan Samudera Indonesia, dan dua armada lainnya mendarat di Bali bagian utara melintasi Laut Bali.

Pasukan yang dipimpin oleh Gaja Mada dan Adityavarman mendarat di Purakanak di Jembrana. Kemudian mereka berangkat ke Bali Utara, kawasan Selukanbawang, kawasan Barat Buleleng.

Pasukan ini kembali ke darat melalui Gunung Batukau, Danau Buyan, Gunung Batur, kemudian menuju ke selatan menuju istana raja Bali, Sri Asa Asura Ratna Bumi Banten, di wilayah Beulu yang sekarang menjadi Bedulu, Gianyar.

Singkat cerita, terjadilah perang dan tentara Bali berusaha mempertahankan Beulu untuk sementara waktu. Bedeva diserang dari tiga sisi dan tidak mendapat dukungan penuh dari masyarakat Bali sendiri.

Di sisi lain, masyarakat Bali bersimpati kepada tentara Majapahit karena menganggapnya sebagai raja mereka. Akhirnya Bali jatuh ke tangan tentara Majapahit, dan raja Bali beserta kerabatnya pun menyerah.

Akhirnya Bali menyerah sepenuhnya kepada Majapahit di bawah kekuasaan Gaja Mada.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours