Kedaulatan jadi syarat wujudkan ketahanan pangan

Estimated read time 5 min read

JAKARTA (ANTARA) – Perlu adanya rekonstruksi sumber daya manusia di bidang pertanian, khususnya pada sektor lumbung pangan terpenting negara yang ditandai dengan munculnya petani milenial dengan kemampuan teknologi unggul.

Kehadiran petani milenial harus dibarengi dengan kebijakan pangan yang bijaksana dalam artian mampu memenuhi syarat keberhasilan budidaya hingga panen tanpa memerlukan teknologi khusus.

Kedaulatan pangan berarti memberikan kebebasan kepada petani untuk mengembangkan tanaman yang mereka inginkan sesuai dengan kondisi iklim dan tanah, dimana dunia usaha dan pemerintah memainkan peran yang lebih besar dalam menyediakan fasilitas dan dukungan.

Menurut Dedi Nursyamsi, Direktur Badan Penyuluhan dan Pembangunan Manusia Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian, inovasi dan teknologi menjadi kunci peningkatan produktivitas pertanian dengan tujuan akhir mewujudkan kecukupan pertanian pangan. .

Namun, untuk menuju swasembada pangan, kedaulatan harus menjadi hal yang mendasar dan pemerintah harus yakin bahwa tidak akan ada masalah.

Kedaulatan penting untuk mengembangkan sumber daya manusia pertanian yang baik. Pengalaman menunjukkan banyak petani yang tidak melanjutkan karirnya karena gagal panen. Oleh karena itu, pemerintah sangat berhati-hati dalam membina para petani, khususnya generasi muda, agar dapat terus bertani secara profesional.

Inovasi dan teknologi di bidang pertanian masih terus diperkenalkan kepada petani lokal. Hal ini karena para petani masa kini, selain melek teknologi, juga lebih mudah merangkul teknologi dan inovasi. Akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan teknologi dan inovasi yang dianggap terbaik.

Jagung misalnya, merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan untuk memenuhi sebagian besar pangan nasional. Tentu saja untuk mengembangkan biji jagung yang berkualitas harus memiliki beberapa keunggulan, antara lain ketahanan terhadap hama dan toleransi terhadap herbisida glifosat.

Melalui manfaat tersebut, diharapkan produksi petani bisa berlipat ganda, dan harga pestisida dan pupuk bisa ditekan ya. Tentu saja hal ini akan meningkatkan minat petani dalam bertani.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung kering dengan kadar air 14 persen pada tahun 2023 mencapai 14,77 juta ton.

Hingga saat ini, kebijakan pemerintah terus meningkatkan produksi jagung nasional untuk mencapai kecukupan pangan. Peningkatan produksi tersebut sejalan dengan tujuan Indonesia menjadi paket pangan dunia pada tahun 2045, yang diharapkan Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga ekspor. Gudang beras di Jakarta. Antara / Ho-Wim

Untuk mencapai hal tersebut, selain lahan pertanian yang luas dan subur, juga diperlukan peningkatan sumber daya manusia (SDM), rehabilitasi petani, infrastruktur yang memadai, regulasi yang baik dan inovasi teknologi pertanian.

Nilai tambah

Untuk meningkatkan dominasi petani, inovasi dan teknologi yang ditawarkan harus memiliki nilai tambah. Dengan begitu, para petani akan merasa bahwa hasil jerih payahnya bisa memberikan tambahan penghasilan bagi keluarganya.

Menurut Imam Sujono, Head of Seed Marketing Syngenta Indonesia, petani pionir bersedia menggunakan teknologi dan inovasi terkini jika bisa melihat sendiri hasilnya dan mengaplikasikannya langsung di lapangan. Oleh karena itu, peran penyuluh sangat penting dalam memperkenalkan teknologi dan inovasi kepada petani.

Di sektor benih, misalnya, sistem perencanaan presentasi sering kali diperkenalkan sebagai metode penyuluhan, yang menciptakan rencana tampilan bagi petani untuk melihat dan mengidentifikasi varietas terbaik.

Mengkonsumsi benih berkualitas merupakan kunci keberhasilan swasembada pangan. Tanpa benih berkualitas, petani tidak akan mampu mencapai produksi optimal, apalagi mengingat tantangan perubahan iklim, keterbatasan pupuk, serta hama dan penyakit.

Para petani berharap teknologi dan inovasi yang dihadirkan selama ini dapat memberikan manfaat antara lain perawatan yang mudah, biaya yang murah, tidak memerlukan pestisida dan tenaga kerja, serta hasilnya jauh lebih kaya.

Misalnya saja pada tanaman pangan seperti padi dan jagung, musuh yang dihadapi hampir sama dengan hama aslinya. Dampaknya tidak normal, jika diserang produksinya tidak sesuai harapan sehingga bisa merugi.

Kehadiran benih yang baik tidak hanya meningkatkan efisiensi panen petani, tetapi juga membuat petani semakin percaya diri dalam menanam. Pasalnya, petani milenial fokus pada petani perantauan. Kemudahan memperoleh informasi melalui media sosial memudahkan petani membandingkan hasil panennya dengan petani di luar negeri, setidaknya dari negara tetangga.

Petani lokal kini semakin memanfaatkan teknologi dan inovasi, termasuk benih yang lebih baik. Mereka lebih teliti dengan mensurvei hasil awal benih dan bahkan dapat berkomunikasi dengan petani. Maka tidak mengherankan jika pertanian di beberapa daerah kini kurang berhasil dibandingkan di negara-negara tetangga. Para petani mendengarkan penyuluhan menjelaskan cara menanam benih yang baik. ANTARA / HO-Syngenta

Penelitian lebih lanjut

Menurut Presiden Kontak Nelayan Petani Andalan (KTNA) M Yadi Sofyan Noor, petani milenial kini memiliki pemahaman yang kuat tentang peningkatan produktivitas melalui penggunaan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan produksi.

Bahkan, untuk menyediakan pangan bagi bangsa, mencapai swasembada sesuai tujuan pemerintah, bahkan menjadi eksportir pangan yang bersaing dengan negara lain.

Oleh karena itu, wajib bagi pemerintah dan perusahaan yang bergerak di sektor pertanian untuk melakukan penelitian berkelanjutan untuk mengembangkan teknologi dan inovasi, khususnya benih pangan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan penyakit (hama) tanaman yang semakin beragam dan cuaca yang semakin buruk tentunya membutuhkan bibit yang lebih baik sehingga dapat menjamin keberhasilan panen.

Pendampingan kepada petani yang juga sedang merintis karir merupakan solusi menjaga ketahanan pangan melalui edukasi berdasarkan kondisi geografis dan daya dukung lingkungan.

Kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk mencapai swasembada dan otonomi pangan tentunya memerlukan strategi yang matang, dengan mempertimbangkan keterbatasan lahan. Tak hanya itu, tidak semua warga setempat memahami budidaya tanaman pangan. Hanya sedikit warga yang tinggal permanen di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.

Kerja sama dengan petani di sentra produksi padi dan jagung merupakan langkah cerdas untuk mencapai kecukupan pangan. Sebagai hub pengembangan teknologi dan inovasi, Jakarta harus bisa menjadi perantara dengan mitra lokal agar bisa menghasilkan lebih banyak produksi dengan kualitas yang luar biasa.

Pada saat yang sama, diperlukan perencanaan yang matang untuk swasembada penggunaan lahan pertanian di Pulau Seribu. Diperlukan kajian mendalam mengenai pengelolaan pertanian di pulau-pulau tersebut. Kalaupun ingin mengembangkan sentra pertanian, ada baiknya memulai dari tahap yang mudah sambil mempelajari kepentingan masyarakat setempat.

Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat di Koh Pan berprofesi sebagai nelayan dan petani rumput laut. Sementara itu, ada pula yang bergerak di bidang pariwisata. Sehingga perlu dipikirkan matang-matang untuk menjadikan sebuah pulau sebagai pusat pangan, mulai dari benihnya dan tentunya cuaca serta pengairannya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours