Kemendikbudristek Terbitkan Panduan Pendidikan Literasi Finansial

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis Panduan Edukasi Literasi Keuangan. Tujuan dari panduan ini adalah untuk memudahkan guru dalam mengajarkan literasi keuangan dengan menggunakan kurikulum Merdeka.

Literasi keuangan adalah salah satu dari tiga topik utama yang dibahas dalam kurikulum ini, selain perubahan iklim dan pendidikan kesehatan.

Baca juga: Dekade Pembangunan Pendidikan, Semakin Efektif dan Bermanfaat

Disajikan sebagai bagian dari webinar Bergerak Bersama Mengajarkan Literasi Keuangan dalam Kurikulum Mandiri, panduan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan Anda dalam mengelola keuangan dengan bijak.

Menurut Kepala BSKAP Kemendikbud Anindito Aditomo, panduan ini merupakan kumpulan sumber daya untuk membantu guru mengembangkan keterampilan keuangan siswanya.

Ia menegaskan, rendahnya literasi keuangan dapat berdampak negatif tidak hanya pada individu namun juga masyarakat dan menimbulkan permasalahan perekonomian yang lebih luas.

Baca Juga: Nadiem Makarim Pamit dan Kirim Pesan Khusus untuk Tiga Menteri Penggantinya

“Kami sedang mengembangkan empat kerangka literasi keuangan dalam kurikulum Merdeka. Pertama, bagaimana menghasilkan pendapatan. Kedua, bagaimana mengelola anggaran. Ketiga, sisihkan pendapatan. Keempat, mengelola risiko dan bersiap menghadapi keadaan darurat. Itu kompetensi yang tidak hanya bersifat kognitif, tidak hanya mendidik, tetapi juga memiliki banyak aspek emosional.” Anindito, dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (21 Oktober 2024).

Panduan ini dapat digunakan oleh sekolah dasar dan menengah untuk mengintegrasikan pendidikan keuangan ke dalam kebijakan dan budaya sekolah.

Pelatihan ini dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan, baik intra maupun ekstrakurikuler, dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Panduan ini juga mencakup contoh praktik terbaik dari pihak-pihak yang mendukung implementasi, termasuk pemerintah daerah, lembaga pelatihan, dan masyarakat.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2023, kelompok usia 19 hingga 34 tahun menyumbang 57,3% dari seluruh kredit macet pada pinjaman online perorangan.

Faktanya, menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), per Juli 2024, terdapat sekitar 4 juta pemain dan 168 juta transaksi perjudian online (Judol) di Indonesia.

Fenomena ini menyoroti rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Data Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2023 menunjukkan skor literasi keuangan Indonesia (57) masih di bawah rata-rata dunia (60).

Survei OJK tahun 2022 juga menunjukkan rata-rata tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia saat ini hanya 49,68%. Data ini semakin menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap keuangan masyarakat Indonesia masih perlu dikembangkan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours