Kemenhub: Bandar udara perairan potensi tarik wisatawan ke Indonesia

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut pengoperasian pesawat amfibi memiliki potensi besar, selain sebagai alat transportasi lain, juga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia.

Beroperasinya pesawat amfibi dan pesawat amfibi di negara kepulauan seperti Indonesia, selain meningkatkan konektivitas, dapat menjadi peluang baru bagi pengembangan kawasan wisata dan minat wilayah Indonesia, kata Kepala Kementerian. Demikian disampaikan Departemen Perhubungan (Baketrans) di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, pesawat amfibi bisa menjadi hal yang baik dan peluang bagi Indonesia, karena bisa menjadi salah satu angkutan penyeberangan yang menghubungkan ibu kota daerah atau kota besar dengan kota lain.

Selain itu juga menjadi penghubung para pelancong dari bandara hub ke destinasi wisata berbasis perairan, serta menjadi hub transportasi utama pulau-pulau dan pulau-pulau kecil, khususnya kawasan 3T.

Dikatakannya, pada tahun ini Baketrans melakukan kajian kebijakan dan studi kelayakan pengoperasian pesawat air bersama dengan analisis gagasan sebagai bagian dari proyek percontohan di Bali selatan, kemudian bertindak sebagai penghubung.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Baketrans, Kementerian Perhubungan dan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2024, pemilihan Bali didasarkan pada jumlah wisatawan domestik dan mancanegara terbanyak yang berkunjung ke Indonesia.

Ia mencontohkan, pada tahun 2018, kata Robbie, pengunjung datang ke Denpasar sebanyak 6 juta orang dan pada tahun 2024 diperkirakan sebanyak 6,6 juta pengunjung.

Jadi, seperti yang dikatakan Robbie, saat ini banyak sekali rental helikopter yang beredar, pesawat amfibi menjadi pilihan yang menarik untuk dipertimbangkan.

“Bali mempunyai segmen pasar tersendiri, industri penerbangan di Bali saat ini luar biasa, angkutan sewa helikopter sangat berkembang dan peminatnya banyak, sehingga pesawat ini bisa menjadi pilihan,” kata Robbie.

Selain itu, menurut Robbie, Baketrans sudah memetakan lima kawasan yang dipantau seluruh aspeknya, yakni Danau G20, Pantai Jerman, Pantai Sanur, Pantai Geger, dan Pantai Mertasari.

Berdasarkan hasil penelitian, Pantai Mertasari dipilih dengan mempertimbangkan potensi produksi tertinggi, pengembangan lahan, ekonomi dan keuangan, perkembangan teknologi, transportasi iklim, nilai lingkungan dan sosial.

Robbie menambahkan, Baketrans telah mengkaji seluruh regulasi yang mendukung pengoperasian pesawat amfibi, menyusun standar operasional prosedur dan NSPK, serta standar minimum yang diperlukan dalam pembangunan pesawat amfibi.

Dalam hal ini tentunya tidak lepas dari sinergi dan kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan.

Menurut Robbie, pengembangan pesawat amfibi sebagai pesawat amfibi tidak lepas dari pendapat Novyanto Vidadi, Kepala Pusat Kebijakan Infrastruktur Transportasi dan Integrasi Rezim sekaligus Ketua Uji Pesawat Amfibi.

Ia juga mengatakan pihaknya telah melakukan uji terbang di Pantai Mertasari, Bali, sebagai peluang untuk menghubungkan pesawat amfibi.

Uji coba bandara tersebut dilakukan hari ini di kawasan sekitar Denpasar, Bali guna menjadi bandara laut pertama di Indonesia dan kemudian terhubung dengan kawasan lainnya, ujarnya.

Menurut Robbie, pengerjaan ini merupakan uji coba kedua yang dilakukan pada tahun 2021 di Pulau Gili Iyang, Sumenep, Jawa Timur.

“Uji terbang ini merupakan kelanjutan dari keberhasilan operasional pesawat amfibi Baketrans pada tahun 2024,” ujarnya.

Sementara itu, Novyanto Widadi, Kepala Pusat Kebijakan Infrastruktur Transportasi dan Integrasi Rezim dan Ketua Uji Pesawat Amfibi, mengatakan Indonesia kini memiliki lima pesawat amfibi resmi, khususnya di Pulau Bawah, Teluk Pangpang Banyuwangi, Sungai Kahayan, Benette, dan Kepulauan Moyo. . .

Menurut Novyanto, pesawat amfibi merupakan salah satu bentuk transportasi air bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Selain itu, pesawat amfibi yang menunjang pengoperasian pesawat amfibi merupakan hal yang baik dan nyaman.

“Dan kombinasi kecepatan dan fleksibilitas ini mengurangi ketergantungan lahan, menjadi penghubung daerah terpencil dan mengurangi saturasi udara,” kata Novianto.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours