Kemenhub: Bandara Letung akses ke pulau terluar di Kepulauan Anambas

Estimated read time 4 min read

Jakarta (ANTARA) – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Bandara Letung merupakan akses masuk ke pulau-pulau terluar di Kepulauan Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.

“Bandara Letung merupakan salah satu bandara yang dibangun untuk menunjukkan kehadiran pemerintah di daerah sulit, daerah perbatasan, daerah terjauh dan daerah perbatasan atau 3TP,” kata Kepala Departemen Humas dan Kerja Sama Publik Internasional Departemen Umum Penerbangan . Transportasi, Kementerian Perhubungan Udara. Transportasi, Mokhammad Khusnu dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Dikatakannya, Bandara Letung (LMU) merupakan bandara domestik di Pulau Jemaja, Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, dan merupakan salah satu unit pelaksana teknis muatan di bawah Departemen Umum Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Bandara ini dibangun pada tahun 2014 dan mulai beroperasi pada tahun 2016. Bandara ini diresmikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada 14 Oktober 2019, ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara Bandara Letung Andy Hendra Suryaka berharap kehadiran Bandara Letung dapat memudahkan pergerakan masyarakat dari dan ke Kepulauan Anamba.

Selain itu, peran bandara adalah menjadi penggerak perekonomian dan berkontribusi terhadap pengembangan sosial, budaya, dan pariwisata.

Andy mengatakan, “Saat ini bandara Letung memiliki landasan pacu berukuran 1600 meter x 30 meter dan dapat didarati pesawat ATR-72, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan keselamatan di bandara Letung.”

Andy menjelaskan, terminal bandara diperluas dari 600 m2 menjadi 1200 m2 untuk menampung sekitar 150 penumpang per tahun.

Stasiun baru ini dirancang dengan menggabungkan unsur intelektual lokal, seperti bentuk konstruksi menyerupai kano atau perahu serta ornamen ukiran menyerupai ikan Napoleon dan gong batik yang mencerminkan keunikan Kepulauan Anamba.

Andy menjelaskan, “Bandara Letung saat ini melayani penerbangan percontohan rute Letung-Tanjung Pinang yang disubsidi pemerintah, dua kali seminggu, dan penerbangan komersil rute Letung-Batam, frekuensi penerbangan 5 kali seminggu”.

Ia mengatakan, data selama lima tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan jumlah pesawat, penumpang, dan bagasi. Pada tahun 2019, terdapat 185 penerbangan, meningkat menjadi 282 penerbangan pada tahun 2023.

Begitu pula dengan angkutan penumpang, dari 15.272 penumpang pada tahun 2019, meningkat menjadi 19.844 penumpang pada tahun 2023. Penurunan angkutan pesawat dan penumpang baru terjadi pada saat pandemi Covid-19 melanda dan mulai pulih kembali pada tahun 2022.

Menurutnya, kehadiran Bandara Letung memberikan multiplier effect yang signifikan di berbagai sektor, termasuk pariwisata, perekonomian, dan masyarakat.

Di bidang pariwisata, bandara ini memberikan akses yang lebih mudah bagi wisatawan domestik dan internasional ke Kepulauan Anamba, yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya, sehingga meningkatkan jumlah wisatawan dan pendapatan yang masuk ke wilayah tersebut.

Destinasi yang tadinya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah diakses sehingga menarik banyak wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan alam dan budaya setempat.

“Secara ekonomi, bandara mendorong pengembangan sektor terkait lainnya seperti hotel, transportasi, dan gastronomi,” kata Andy.

Seiring meningkatnya jumlah wisatawan, kebutuhan akan akomodasi, transportasi, dan jasa kuliner lokal pun meningkat sehingga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal.

Peningkatan kegiatan perekonomian ini juga memberikan efek domino positif terhadap usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor tersebut sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dikatakannya: “Sebelum ada bandara, masyarakat sering melakukan perjalanan melalui jalur laut sehingga memakan waktu lebih lama, biasanya 8-9 jam jika perjalanan menggunakan kapal laut, sedangkan jika perjalanan melalui udara hanya memakan waktu sekitar 1 jam jika perjalanan melalui udara.

Terganggunya cuaca buruk dan gelombang tinggi menjadikan perjalanan udara menjadi pilihan yang lebih cepat, aman, terjamin, dan nyaman bagi warga dan wisatawan untuk mencapai Anambas.

Dari sisi sosial, kehadiran bandara meningkatkan koneksi antar wilayah, memperlancar pergerakan orang, dan mempercepat pengiriman barang dan jasa.

Dengan konektivitas yang lebih baik, masyarakat Kepulauan Anamba dapat dengan mudah mengakses berbagai layanan dan produk dari daerah lain.

Hal ini berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup dan integrasi sosial masyarakat Kepulauan Anamba, memperkuat ikatan sosial dan memperluas jaringan ekonomi dan sosial mereka.

Tak kalah pentingnya, tambah Andy, bandara juga memudahkan pasien evakuasi medis darurat untuk segera mendapat perawatan di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap di kota-kota besar.

“Akses cepat ini sangat penting dalam keadaan darurat medis, di mana setiap menit sangat berarti. Bandara berperan dalam menyelamatkan nyawa dan meningkatkan layanan medis di daerah terpencil, untuk memastikan masyarakat Anambas memiliki akses terhadap kesehatan dan tanggap darurat yang lebih baik.” kebutuhannya,” tegasnya.

Selain itu, Andy juga menjelaskan bahwa di Kepri, telah beroperasi Pesawat Amfibi tujuan Batam – Pulau Bawah yang dioperasikan oleh Airfast, khususnya bagi wisatawan yang ingin menikmati private holiday.

Andy mengatakan: “Bottom Island merupakan destinasi wisata unggulan yang banyak dicari wisatawan mancanegara, khususnya dari Eropa. Kalau di Papua Barat Daya ada Raja Ampat, di Kepulauan Riau ada Pulau Bawah.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours