Kemenkeu kantongi penerimaan bea dan cukai Rp109,1 triliun

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Keuangan telah menyetorkan penerimaan bea dan cukai senilai Rp 109,1 triliun hingga 31 Mei 2024 atau setara 34 persen APBN.

Penerapan ini mengalami penurunan sebesar 7,8 persen year-on-year (y-o-y/yoy) karena adanya pengurangan bea masuk dan cukai hasil tembakau.

“Bea masuk sebesar Rp 20,3 triliun mengalami sedikit penurunan sebesar 0,5 persen karena rata-rata tarif kita turun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN yang disaksikan secara online di Jakarta, Kamis.

Tarif efektif bea masuk mengalami penurunan dari 1,46 persen menjadi 1,3 persen. Selain itu, nilai impor juga mengalami penurunan sebesar 0,4 persen setiap tahunnya.

Penurunan pendapatan dipengaruhi oleh kinerja beberapa komoditas utama, seperti gas alam, ATV, suku cadang mobil, dan pelat besi atau baja.

Sedangkan untuk cukai hingga Mei 2024 tercatat sebesar Rp 81,1 triliun, turun 12,6 persen year-on-year. Cukai rokok mengalami penurunan karena adanya pengalihan produksi dari golongan I, sedangkan golongan II dan III meningkat.

Ada juga tarif yang efektif untuk diturunkan, seperti yang terjadi pada tahun 2023. Ada juga strategi pelonggaran bea masuk yang mengurangi dan mempengaruhi kinerja pendapatan produk.

Pemerintah terus melakukan pengawasan dan penindakan terhadap rokok ilegal yang jumlah operasinya melebihi 6 ribu dan volume produk yang dihasilkan dari operasi mencapai 280 juta batang dengan nilai Rp 395,5 miliar.

Berbeda dengan penurunan bea masuk dan cukai, pendapatan bea keluar meningkat 49,6 persen year-on-year menjadi Rp 7,7 triliun. Bea keluar institusi tercatat sebesar Rp 6,13 triliun atau meningkat drastis 1.135,5 persen year-on-year akibat penerapan kebijakan relaksasi mineral.

Sementara itu, bea keluar produk minyak sawit mengalami penurunan sebesar 67,6 persen year-on-year karena turunnya harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) pada tahun 2024 menjadi 9,32 persen year-on-year dari US$907 per ton ke AS. $823. per ton, antara lain, karena dampak moderat terhadap harga komoditas global. Selain itu, volume ekspor produk sawit mengalami penurunan sebesar 9,68 persen year-on-year dari 15,61 juta ton menjadi 14,10 juta ton.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours