Kemenkeu sebut Simbara berkontribusi penerimaan negara Rp7,1 triliun

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Kementerian Keuangan (KMENKEU) menyebut Sistem Informasi Pengelolaan Batubara (SIMBARA) telah menyumbang pendapatan pemerintah sebesar Rp7,1 triliun sejak diluncurkan pada 2022.

“Kami gembira mengetahui bahwa Simbara telah memberikan manfaat langsung dan signifikan terhadap pendapatan negara,” Isa Rachmatarawata, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, mengumumkan di kementerian bahwa melalui Simbara, produk nikel dan timah akan dibawa ke Kementerian. Sosialisasi. Jakarta, Senin Kantor Keuangan.

Ia mengatakan, pencegahan praktik penambangan liar senilai Rp3,47 triliun, Rp. 2,53 triliun paparan lembaga komersial dan pendapatan yang diterima dari pengelolaan dana yang diterima dari penerapan sistem pemblokiran otomatis. (ABS) senilai Rp 1,1 triliun.

“Sejauh ini Simbara telah berhasil memberikan dampak yang sangat positif pada 10 sistem independen yang tersebar di enam Kementerian/Lembaga (K/L),” ujarnya.

Melanjutkan pernyataan ISA, Menteri Keuangan Bapak Mulyani Indrawati mengatakan, koordinasi K/A melalui Simbara dapat menjaga kekuasaan negara karena mampu menegakkan komitmen dan kepatuhan antar badan usaha.

“Dengan sistem ini, kami akan bekerja secara sistematis, berkesinambungan, ketat dan kompeten tanpa menimbulkan masalah bagi perusahaan, karena mereka sudah mengetahui hak dan kewajibannya,” kata Menkeu.

Keberhasilan Simbara mendorong pemerintah memperluas kehadirannya di bidang nikel dan timah. Kedua daerah ini dipilih mengingat status internasional Indonesia.

Menurut Kementerian Keuangan, cadangan nikel Indonesia mencapai 24 persen dari total cadangan dunia yang berjumlah 21 juta ton.

Pada saat yang sama, produksi nikel diperkirakan mencapai 1,8 juta metrik ton pada tahun 2023 dan merupakan pemimpin dunia dengan pangsa 50% produksi nikel global.

Saat ini cadangan timah berada di peringkat kedua dengan jumlah 800.000 ton atau setara dengan 23% cadangan dunia.

Produksinya mencapai 78.000 ton, menduduki peringkat kedua dunia dengan pangsa 22 persen.

“Kita tahu bahwa produk mineral yang ada di Indonesia kini menempati tempat yang sangat penting dalam konstelasi geopolitik dunia, sehingga kita berharap jika Indonesia terus mengelola dan memikirkannya dengan baik maka akan memberikan dampak maksimal yang ditentukan oleh undang-undang, yang berarti a dampaknya besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Manfaat harus diberikan, kata Pak Mulyani.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours