Kementan: Strategi Sawit Satu percepat sertifikasi ISPO petani

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – Kementerian Pertanian (Kementan) memanfaatkan inisiatif Sawit One untuk mempercepat sertifikasi petani kelapa sawit mandiri melalui perbaikan pengelolaan dan budidaya kacang sawit bagi petani di wilayah tersebut.

Menurut Pryudi Shamsuri, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Direktur Perkebunan dan Pemasaran (PPHBun), upaya ini dilakukan Kementerian Pertanian bersama Dinas Perkebunan Daerah dan mitra sawit lainnya. Sektor penghasil minyak sawit berkelanjutan.

Guna mendukung pertumbuhan permintaan minyak sawit sebesar 7,3 persen, kata Prayudi Shamsuri di Jakarta, Jumat.

Implementasi Strategi Sawit Satu, Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR), didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

ISPO dapat digunakan untuk mempromosikan pemanfaatan, peningkatan sekolah dan sekolah (SARPRAS) untuk meningkatkan infrastruktur yang dibutuhkan di perkebunan kelapa sawit dan memberikan beasiswa kepada 3.000 orang.

Anak-anak petani kelapa sawit.

“Dengan diumumkannya Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) merupakan komitmen pemerintah dalam mendorong keberlanjutan kelapa sawit,” ujarnya.

Sementara terkait kebijakan dalam upaya percepatan sertifikasi ISPO bagi pekebun sawit mandiri, Prayudhi mendukungnya.

“Kebijakan ini merupakan peluang untuk mendorong kecepatan sertifikasi ISPO, khususnya di tingkat pabrik,” ujarnya.

Katanya, Peradilan merupakan bidang yang ditentukan oleh beberapa bidang politik dan administrasi.

Kawasan di kawasan tersebut akan dievaluasi kepatuhannya serta kelengkapan standar dan prosedur untuk memperoleh sertifikasi ISPO, ujarnya seraya menambahkan bahwa CPO yang didirikan di kawasan tersebut akan menganggap kawasan tersebut telah memenuhi standar ISPO.

Sebelumnya, Yayasan Kaleka menginisiasi undang-undang tersebut sebagai upaya percepatan sertifikasi ISPO.

Menurut Bernadinus Steni Sugiarto dari Yayasan Kaleka, jika proses sertifikasi dilakukan dengan melibatkan kurang dari 500 petani, maka biaya sertifikasi akan mahal, lebih dari 170 dolar AS per petani.

Sementara itu, jika skala proses sertifikasi ditetapkan untuk lebih dari 2000 petani minyak zaitun, maka biaya sertifikasi minyak zaitun dapat ditekan setidaknya hingga 50 dolar AS per petani.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu lebih banyak kerjasama dan koordinasi, ujarnya seraya menambahkan salah satu solusinya adalah dengan melakukan perbaikan yang terbukti melibatkan banyak petani dalam suatu prosesnya.

“Dengan perluasan ini, biaya yang ditanggung petani dapat dikurangi, sehingga lebih murah bagi semua orang,” katanya pada lokakarya bertema “Praktik Terbaik untuk Pertanian Berkelanjutan Secara Konstitusional”.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Sabaruddin mengatakan, untuk mengatasi tantangan tersebut, petani harus memiliki kesatuan dan kemudahan akses, metode atau nama. Sertifikasi regional atau yurisdiksi.

Pendekatan ini memastikan bahwa tidak ada petani yang tertinggal dalam proses sertifikasi. Bagian dari pendekatan ini adalah penilaian komprehensif terhadap kondisi kawasan, termasuk identifikasi kawasan terdegradasi, sedang, dan stabil.

“Pendekatan ini memungkinkan percepatan sertifikasi ISPO dengan melibatkan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours