Kenaikan Bea Masuk 200% Impor dari China Dinilai Bisa Berdampak Buruk

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Pemerintah diimbau mempertimbangkan secara matang kebijakan kenaikan pajak impor hingga 200%. Kebijakan ini dinilai berdampak signifikan terhadap masyarakat. operator bisnis dan perekonomian negara

Anggota Dewan Pakar DPP Gerindra Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengatakan rencana pemerintah menaikkan bea masuk hingga 200%, terutama terhadap produk asal China. Ini harus dipertimbangkan secermat mungkin. dan setiap sektor harus dipertimbangkan

“Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan pemerintah sebelum menaikkan pajak impor. yakni dampaknya terhadap masyarakat konsumen, industri, dan perdagangan dalam negeri,” kata BHS, Kamis (11/7/2024).

Dikatakannya, jika pajak impor barang jadi dari luar negeri dinaikkan, terutama dari China atau negara lain, maka tidak menutup kemungkinan negara-negara tersebut akan mencari cara untuk meningkatkan pendapatan nasionalnya dengan mengekspor barang ke negara lain, terutama bahan baku penggunaan rumah tangga Sektor industri

Misalnya saja pada industri tekstil di Indonesia saat ini. Bahan baku produksinya banyak berasal dari China. Industri tekstil di Indonesia mengimpor sekitar 80% bahan bakunya dari Tiongkok, yang menyumbang biaya produksi. Biaya bahan baku menyumbang sekitar 70% dari total biaya produksi. Sementara di negara tetangga seperti Malaysia, ketergantungan industri TPT terhadap bahan baku impor hanya sekitar 60%, dan di Vietnam hanya sekitar 50%.

“Kalau pemerintah China menyikapinya dengan menaikkan harga bahan baku Hal tersebut akan menjadi beban bagi harga produk TPT di Indonesia yang terus meningkat. Oleh karena itu, masyarakat akan kesulitan mengakses daya beli produksi industri dalam negeri. Barang-barang industri lokal akan hancur karena Anda sebagai orang Indonesia tidak mampu membelinya,” jelasnya.

Harga tekstil impor dari China yang meningkat hingga 200% juga membebani daya beli masyarakat di negara tersebut. dan akhirnya Warga negara tidak memiliki akses terhadap semua perdagangan yang dihasilkan oleh industri di negara kita. Dan masyarakat juga tidak memiliki akses terhadap produk buatan Tiongkok. dan mungkin mempunyai konsekuensi serius terhadap perdagangan tekstil dalam negeri.

“Hal ini tentu dapat mengakibatkan hancurnya industri dan perdagangan di negeri ini. Hal ini akan menyebabkan pengangguran massal. Dan tentunya berdampak pada kemiskinan dan memburuknya perekonomian negara,” imbuhnya.

Baca selengkapnya: 10 Alasan Produk Impor dari China Lebih Murah Dibandingkan Produksi Lokal di Indonesia

BHS meminta pemerintah untuk mempertimbangkan dampak kenaikan tarif impor secara lebih luas. Pemerintah sebaiknya mengambil kebijakan alternatif dengan mengurangi biaya produksi industri dalam negeri. Terutama sektor industri yang memiliki kebutuhan pokok seperti tekstil, alat pertanian, pupuk, dan lain-lain, dengan mengurangi biaya energi. Terutama tagihan listrik

Demikian pula, harga listrik di Malaysia 60% lebih rendah dibandingkan di Indonesia. negara-negara tetangga lainnya banyak negara lain di ASEAN Hal yang sama juga berlaku pada gas dan ketenagalistrikan gas di Indonesia. Saat ini dijual ke industri dengan harga $8 hingga $12 per MMBTU. Sementara itu, ke negara-negara seperti China dan Malaysia Perusahaan ini menjual gas ke industrinya dengan harga sekitar $3 atau kurang.

“Faktanya, Indonesia merupakan produsen gas alam terbesar di Asia Tenggara. Bahkan mungkin di Asia atau di seluruh dunia,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours