Kenaikan defisit pada RAPBN 2025 tak jadi masalah bagi pasar modal

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Pengawas Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) Budi Fransid menilai kenaikan penyisihan defisit pada RAPBN 2025 tidak menjadi masalah bagi pasar modal.

Persentase kerugiannya masih tidak berbeda dengan sebelumnya, jadi tidak ada masalah dalam hal itu, kata Budi Francidi saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin.

Oleh karena itu, kata dia, kepercayaan pasar dan masyarakat harus dijaga.

Kerugian defisit RAPBN 2025 sebesar 2,53 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau Rp616,2 triliun.

Angka tersebut meningkat dari prakiraan RAPBN tahun 2024 sebesar 2,29 persen PDB atau Rp522,8 triliun.

Dia mengatakan, tidak hanya biaya kerugiannya, asumsi suku bunga juga tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini sehingga kecil kemungkinannya akan menimbulkan volatilitas di pasar.

“Pemerintah tidak terlalu optimis dengan situasi perekonomian kita tahun depan,” kata Budi.

Dia mengatakan, hal ini juga terlihat dari asumsi nilai tukar rupiah pada tahun depan akan berada di kisaran Rp 16.100 per dolar AS.

Menurutnya, hal ini menunjukkan pemerintah meski agak pesimistis, namun berupaya realistis.

“Tidak sulit untuk memastikan (konsep) ini tercapai,” ujarnya.

Budi pun berharap pemerintahan baru mampu menjaga nilai tukar rupee di bawah 16 ribu rubel terhadap dolar AS.

Selain itu, ia berharap pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen atau lebih.

Pesan saya juga jaga rasio utang di bawah 40 persen dan defisit maksimal 3 persen, kata Budi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours