Kenali aneurisma otak, bahaya dan risikonya

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis saraf dr. Beni Rilianto Sp.N, Subsp NIOO(K), FINA, M.Epid. menjelaskan bahwa aneurisma serebral merupakan penyakit yang terjadi akibat membesar atau menggembungnya pembuluh darah di otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah dan berisiko pecah atau pecah.

Jadi analogi aneurisma adalah sebuah balon yang lama kelamaan akan semakin besar, sehingga akan mencapai batas tertentu dan sangat mungkin akan pecah atau pecah seiring berjalannya waktu, kata dr Benny yang bekerja di Mahar Mahardyono. . Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON), Jakarta saat itu, Kamis.

Benny menambahkan, aneurisma otak berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid, suatu bentuk stroke yang ditandai dengan sakit kepala parah dan penurunan kesadaran.

Faktor risiko aneurisma termasuk genetika, tekanan darah tinggi, konsumsi alkohol, merokok, dan kondisi sindrom tertentu seperti sindrom Ehlers-Danlos, dan wanita berisiko lebih besar terkena aneurisma dibandingkan pria dengan rasio sekitar dua banding satu.

Aneurisma otak merupakan kondisi serius dan harus diwaspadai karena dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, terutama jika pecah. Aneurisma otak secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu aneurisma yang pecah (ruptured) dan aneurisma yang tidak pecah (non-ruptured).

Aneurisma yang pecah dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid yang seringkali ditandai dengan sakit kepala parah yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Gejala lainnya termasuk gangguan kesadaran dan penurunan fungsi otak secara signifikan, sehingga merupakan keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan segera.

Sekitar 85 persen kasus perdarahan subarachnoid disebabkan oleh pecahnya aneurisma, sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lain.

Sedangkan aneurisma yang tidak pecah umumnya tidak menimbulkan gejala, sehingga sebagian orang memiliki aneurisma di otaknya bahkan tidak menyadarinya.

“Nah untuk aneurisma yang belum pecah, ada yang tidak menunjukkan gejala, jika aneurismanya belum pecah. Namun ada beberapa kondisi dimana aneurisma berada di area otak tertentu, bisa menimbulkan gejala, karena adanya tekanan. aneurismanya,” kata Benny.

“Meski belum tentu pecah, namun pada beberapa kasus yang paling umum terjadi adalah terganggunya pergerakan mata,” imbuhnya.

Dalam banyak kasus, aneurisma baru terdeteksi melalui pencitraan medis, seperti neuroimaging, yang membantu dokter mengidentifikasi potensi risiko dan menentukan langkah pengobatan selanjutnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours