Kenali Bahaya dan Ancaman Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan

Estimated read time 3 min read

Rocon Hillier. Hal yang kurang disadari konsumen saat berada di ruang digital adalah keberadaan jejak digital yang tertinggal di Internet. Segala aktivitas digital meninggalkan jejak yang sulit dihapus. Oleh karena itu, ancaman tersebut perlu diwaspadai dan perlu diwaspadai dalam meninggalkan jejak digital di dunia maya.

Hal itu diungkapkan Kepala Sekolah SMA Provinsi Riau Rosie Rizaglianti saat menjadi konsultan pada Webinar Literasi Digital di Wilayah Rokan Hulu, Provinsi Riau pada Senin (03/06/2024).

Diskusi Dinas Pendidikan yang dihadiri siswa dan guru ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau.

Rossi mengatakan ancaman terbesar bagi generasi muda di media sosial adalah sejarah digital dan reputasi masa depan mereka. Jejak digital adalah catatan atau bukti yang ditinggalkan oleh aktivitas online yang dapat dicari, disalin, dicuri, dipublikasikan, dan dikutip oleh orang lain.

“Jejak data yang tercipta dan tertinggal saat menggunakan perangkat digital dapat menciptakan harga diri seseorang. Jejak digital yang buruk bisa merugikan Anda,” kata Rosie.

Dalam diskusi bertajuk “Jejak Digital dalam Pendidikan,” Rossi membahas bentuk umum jejak digital yang ditinggalkan. Ini termasuk riwayat pencarian, pesan teks, foto dan video yang kami unggah, lokasi, interaksi media sosial, dan persetujuan cookie.

“Jejak digital ada dua jenis: aktif dan pasif. Jejak aktif adalah data yang sengaja dibuat atau ditinggalkan oleh pengguna. “Jejak pasif, data tertinggal di jaringan secara tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kami,” ujarnya.

Menurut Rossi, manfaat pencatatan digital bagi pelajar antara lain membangun identitas digital, memperluas jaringan, refleksi diri, meningkatkan kreativitas, serta mengidentifikasi prestasi dan peluang pendidikan. “Jejak digital selalu kita jaga, karena jejak digital tidak bisa dihapus,” pungkas Rosie Rizaglianti kepada para guru dan siswa peserta diskusi online, tuan rumah pesta (NOBAR) dari sekolahnya.

Banyak sekolah di wilayah Rokan Hulu yang melakukan diskusi online antara lain: SMPN 1 Ujung Batu, SMPN 6 Tambusai Utara, SMAN 1 Ramba, SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5 Tambusai Utara, SMAN 1 Kunto Darussalam, SMAN 1 T SMAN 1 Kabun, SMAN 1 Ramba Samo, SMAN 2 Ujung Batu, SMAN 1 Bangun Purba dan SMAN 1 Pagaran Tapah Darussalam.

Aktivis literasi digital Indonesia Moh. Rauf Azizi mengatakan, jejak digital adalah totalitas jejak seluruh data digital, dokumen, dan akun digital.

“Jejak digital tersedia baik untuk data digital yang disimpan di komputer (off-line) maupun online (terhubung ke Internet). “Ingatlah bahwa jejak digital dapat menimbulkan konsekuensi negatif,” tegas Roof.

Menurut Eko Pamuzi, Sekretaris Persatuan Jurnalis Indonesia Jawa Timur, jejak digital yang tertinggal di Internet kini banyak digunakan oleh banyak perusahaan untuk proses rekrutmen. Mereka memeriksa aktivitas online pelamar di perusahaannya (cyber check atau online check).

“Sebelum memposting sesuatu di media sosial, pikirkan dampaknya, jangan mudah percaya pada berita yang tidak berdasar, ciptakan jejak digital yang positif, jangan tanggapi pesan,” pungkas Eko Pamuzi.

FYI, webinar yang diadakan di Rokan Hulu, Riau ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang telah berjalan sejak tahun 2017. Program #literasidigitalkominfo tahun ini akan dimulai pada Februari 2024 bekerja sama dengan Siber Kreasi dan 142 jaringan mitra.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours