Kenali ciri khas batik dengan sentuhan malam panas

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Pengamat dan motivator batik Indra Tjahjani mengatakan sentuhan lilin atau lilin panas merupakan ciri khas batik, yang kemudian digambar dengan stempel atau stempel tembaga, hingga akhirnya dicelupkan ke dalam cat cair.

“Jadi kalau prosesnya membuat lilin panas, pakai stempel atau tembaga, lalu dicat, itu namanya batik. Jadi maaf kalau tidak pakai lilin panas, itu bukan namanya batik, mungkin tekstil atau kain yang bermotif batik,” kata Indra dalam konferensi pers Hari Batik Nasional yang digelar Tokopedia di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, penggunaan lilin panas menjadi kunci identitas batik yang diakui UNESCO pada 30 September 2009, saat batik resmi diakui sebagai warisan budaya takbenda.

Pengakuan tersebut diberikan karena batik tidak hanya kaya akan keindahan visual, namun juga memiliki makna simbolis yang erat kaitannya dengan status sosial dan siklus hidup masyarakat Indonesia.

Dahulu, motif batik tertentu menunjukkan asal usul seseorang, apakah berasal dari keluarga kerajaan, saudagar, petani, atau nelayan.

Bahkan motif batik juga digunakan dalam berbagai upacara adat, mulai dari kelahiran hingga kematian. Misalnya motif Sido Asih dan Sido Mukti yang sering digunakan dalam acara pernikahan, dengan harapan kedua mempelai dapat hidup sejahtera dan penuh cinta kasih.

Selain itu, batik juga mencerminkan kearifan lokal dan jati diri bangsa. Namun di zaman modern ini, batik sudah mulai menjadi bagian dari gaya hidup, dipakai sehari-hari sebagai simbol kebanggaan terhadap warisan budaya.

“Tapi mungkin sekarang sudah berubah, batik itu gaya hidup, dan sudah seharusnya menjadi gaya hidup kita. Ke depan, pakailah batik setiap hari, bersenang-senanglah dengan batik,” ujarnya.

Indra mengatakan, perayaan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober merupakan momentum penting untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya.

Dengan berkembangnya teknologi, produk batik kini lebih mudah ditemukan melalui platform digital karena para perajin batik sudah memanfaatkan e-commerce untuk menjual produknya.

Meski demikian, tetap diperlukan edukasi kepada masyarakat untuk memahami perbedaan batik tulis, batik cap, dan batik dengan motif yang hanya dicetak secara digital.

Bagi generasi muda, batik sudah tidak lagi dianggap kuno, bahkan komunitas pecinta pakaian tradisional mulai bermunculan di berbagai daerah untuk mendorong generasi muda memakai pakaian dan menjadikan batik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Hal ini menunjukkan bahwa batik tidak hanya sekedar warisan budaya, namun juga mempunyai potensi besar sebagai trend fashion masa kini yang sarat makna.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours