Kerja keras menanti Pemerintah mendatang wujudkan program perumahan

Estimated read time 5 min read

Jakarta dlbrw.com – Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Jibran Rakabuming Raka dalam kampanyenya menjanjikan target bukan satu juta rumah, melainkan tiga juta rumah dalam setahun atau meningkat tiga kali lipat.

Jika program pembangunan perumahan bisa mencapai 1,2 juta pada tahun 2023, berarti diperlukan kerja keras dan cerdas untuk mencapai target tiga juta tersebut. Banyak tantangan dalam melaksanakan proyek tiga juta perumahan jika kita belajar dari pengalaman tahun 2023 dan 2024.

Kepercayaan dunia usaha dan koordinasi antarlembaga masih menjadi hambatan dalam penyediaan perumahan, sehingga hal ini dapat digunakan sebagai alat penilaian jika skema tersebut ingin dilaksanakan.

Harus ada Kementerian Perumahan Rakyat jika ingin program ini berhasil. Kehadiran kementerian jelas menjadi jalan keluar dari masalah koordinasi dan kepercayaan terhadap perusahaan.

Menurut Joko Suranto, CEO REI Indonesia (REI), target tiga juta rumah terlalu besar dan membutuhkan dukungan anggaran dan politik.

Program ini tidak dapat dijalankan tanpa pengelola tertentu. Banyak peraturan perundang-undangan di bidang perumahan yang dapat mendukung penyediaan perumahan, sehingga diperlukan lembaga pemerintah yang kuat untuk menjembatani para pengusaha.

Dengan demikian, ada tiga tugas utama kementerian yang bertanggung jawab di bidang perumahan: koordinasi perencanaan sektor internasional, perencana proyek, dan eksekutif.

Terutama perencanaan semua bidang yang sangat sulit. Sebab, masing-masing sektor punya kepentingannya masing-masing. Misalnya, Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas uang bantuan.

Tentu saja Kementerian Keuangan wajib melindungi anggaran agar defisit tidak bertambah. Sebelumnya, Menteri Keuangan Shri Mulyani sempat menyampaikan bahwa pada semester I-2024, APBN mengalami defisit sebesar 77,3 triliun atau 0,34 persen terhadap PDB. Hal ini bukanlah kabar baik mengingat pada periode yang sama tahun lalu sempat terjadi surplus.

Artinya, pemerintah harus bisa selektif dalam menentukan belanja anggaran atau belanja prioritas, termasuk bantuan keuangan. Mana yang diprioritaskan: bantuan sosial atau bantuan perumahan?

Garansi diperlukan

Pembiayaan juga perlu diberikan jika proyek tiga juta perumahan itu selesai. Pengalaman: Pada tahun 2024, anggaran Instrumen Likuiditas Pendanaan (FLPP) telah selesai (per Agustus).

Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pembangunan Perumahan Seluruh Indonesia (DPP Apersi) Daniel Jumali menjelaskan, dana hibah ini memudahkan pengembang real estate dalam menyediakan produknya kepada masyarakat, yang tentunya harus selalu ada sepanjang tahun anggaran. . untuk memberikan jaminan

Seharusnya pemerintah melakukan intervensi dalam pembangunan perumahan, khususnya politik, termasuk pengendalian kenaikan harga tanah, khususnya di perkotaan. Akibatnya, perumahan bersubsidi semakin menjauh dari pusat aktivitas masyarakat.

Rencana tiga juta rumah seharusnya diluncurkan pada awal pemerintahan karena berhasil mempersempit kesenjangan antara permintaan dan produksi perumahan (yang berminat) yang saat ini mencapai 9,9 juta.

Untuk mempercepat program tersebut, diperlukan perbaikan regulasi dan pembiayaan, termasuk penyempurnaan undang-undang terkait pembangunan perumahan. Penting juga adanya alur perizinan untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan.

Salah satu permasalahan yang sangat penting dalam sektor perumahan adalah permasalahan izin jalan. Biaya izin diperhitungkan saat menetapkan harga properti. Misalnya, harga rumah bersubsidi di Pulau Jawa dipatok Rp 166 juta, sehingga biaya perizinan tidak boleh mengurangi keuntungan.

Margin atau keuntungan merupakan hal yang penting dalam bisnis. Jika terlalu kecil, tidak ada yang mau bergabung dengan bisnis ini. Pengembang rumah, jika marginnya ketat, akan lebih memilih membangun rumah rata-rata dibandingkan rumah terjangkau.

Diperlukan langkah-langkah tambahan

Jumlah sebesar itu tentu memerlukan penanganan yang tidak biasa dan lebih kreatif tidak hanya di pusat, tapi juga di daerah. Salah satu solusi untuk mempercepat program perumahan adalah dengan memperluas model keagenan secara regional.

Hal ini ditegaskan pada tahun 1998-1999. Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Theo L. Sambuaga yang menjelaskan bahwa penurunan angka malaria saat ini memerlukan langkah-langkah tambahan, seperti program perumahan yang sudah dilakukan pada masa jabatannya untuk memperkuat kebijakan di daerah, telah berhasil. Pembukaan lahan apartemen di Jakarta Selatan. ANTARA/HO-Gading

Theo menyoroti pentingnya mendorong para pembangun rumah untuk berpartisipasi dalam program perumahan terjangkau Pemerintah untuk memastikan perumahan yang layak dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Sementara itu, Deputi Komisioner Penggalangan Dana BP Tapera, Dodi Bursman mengatakan, diperlukan kerja sama yang kuat dari seluruh mitra untuk mendukung proyek tiga juta perumahan, termasuk kehidupan global.

Keberadaan BP Tapera selama ini berfungsi sebagai operator investasi publik (OIP) yang mengelola dana FLPP dan menyediakan data jumlah masyarakat sasaran.

Strategi yang diperlukan untuk mendukung program pembiayaan masyarakat mencakup perluasan pembangunan pembiayaan perumahan, mengurangi beban keuangan pemerintah, dan mempersempit kesenjangan keuangan dengan menyediakan uang berbiaya rendah dan berjangka panjang.

Ke depan, departemen ini bertugas memperluas sumber dana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sumber dana tersebut, selain dana peserta dan masyarakat melalui pembiayaan APBN, dapat diperoleh dari pengembangan sumber dana lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu, Andira Reoputra, Presiden Badan Perencanaan dan Perumahan Daerah (Earoph), mengatakan program tersebut tidak akan berhasil jika semua peserta dapat diterima. Ketersediaan perumahan yang terjangkau sangat penting mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk. SELALU/UNTUK-Harmoni

Perencanaan perumahan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan (konektivitas dan kesesuaian) dinilai penting melalui konsep tata kota agar masyarakat dapat memperoleh perumahan yang terjangkau. Dalam hal ini juga perlu dilakukan negosiasi antara pemerintah pusat dan pemerintah kota.

Di Jakarta, misalnya, Pemerintah Pusat memiliki tanah, termasuk lahan yang luas, seperti halnya pemerintah provinsi. Inilah sebabnya mengapa Anda memerlukan sesuatu yang disebut keranjang aset. Oleh karena itu, keranjang properti akan menjadi milik Pemerintah Pusat, dan milik Kantor Marzpetal.

Jika seluruh aset tanah bisa dikumpulkan dan dikonsolidasikan, maka permasalahan tanah atau perumahan di kota besar seperti Jakarta akan teratasi.

Kerjasama dalam bidang real estate dapat dilakukan melalui bentuk build-operate-transfer (BOT) atau build-transfer-operate (BTO) atau usaha patungan (KSP).

Redaktur: Achmad Zaenal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours