Kerusuhan ekstrem kanan dibalas unjuk rasa anti-rasisme di Inggris

Estimated read time 2 min read

London (ANTARA) – Pengunjuk rasa anti-rasisme turun ke jalan di beberapa kota di Inggris, termasuk London, Birmingham, dan Liverpool, untuk menentang keras kerusuhan dan kekerasan yang dilakukan kelompok sayap kanan yang menargetkan pencari suaka, etnis minoritas, dan Muslim baru-baru ini.

Demonstrasi tersebut merupakan respons terhadap meningkatnya serangan dan intimidasi rasial selama sepekan terakhir.

Kerumunan besar orang berkumpul di London utara sambil mengibarkan tanda-tanda anti-fasis dan spanduk berbendera Palestina.

Seorang pengunjuk rasa sayap kanan bentrok dengan anti-rasis di Finchley.

Situasi meningkat ketika pengunjuk rasa anti-rasis merampas bendera Inggris dari perusuh sayap kanan, yang meneriakkan “polisi rasis” dan “Jalan kami, rumah kami” dari kerumunan.

Insiden tersebut meningkatkan ketegangan antara polisi dan pengunjuk rasa, yang menuntut pembubaran demonstran sayap kanan karena menghasut kerusuhan.

Sementara itu, polisi Inggris mengatakan polisi telah dikerahkan ke Inggris utara dan lebih dari 1.300 petugas bertugas di London.

Salah satu peserta aksi yang berbicara kepada Anadolu mengungkapkan suasana kolektif tersebut.

“Ini adalah tingkat kekerasan yang mengejutkan yang kami lihat, tingkat intimidasi, rasisme, Islamofobia, kebrutalan, dan intimidasi terhadap orang-orang di komunitas mereka sendiri,” katanya.

Elizabeth, seorang pengunjuk rasa Yahudi, menekankan pentingnya solidaritas antar komunitas yang mengalami diskriminasi.

“Saya di sini untuk saudara-saudari Muslim saya,” katanya.

Meskipun ancaman dari pemerintah dan polisi tampaknya telah menghalangi sebagian besar pengunjuk rasa sayap kanan untuk turun ke jalan, namun situasi masih bergejolak.

Demonstrasi anti-rasis terus menunjukkan kehadiran mereka, mendorong perdamaian secara umum di tengah meningkatnya intoleransi.

Inggris telah diguncang kekacauan selama berhari-hari, dengan pemberontak sayap kanan melakukan kekerasan dan meneriakkan penghinaan rasis dan Islamofobia terhadap Muslim, kelompok minoritas dan imigran.

Kerusuhan tersebut disebabkan oleh hoaks yang beredar di Internet bahwa seorang pencari suaka Muslim diduga menikam tiga anak di kota tepi pantai Southport pada 29 Juli.

Pihak berwenang kemudian mengidentifikasi pelakunya sebagai Axel Rudakubana, seorang remaja berusia 17 tahun yang lahir di Cardiff, Wales dari orang tua asal Rwanda, namun terungkapnya hoax tersebut tidak mengakhiri pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan.

Sumber: Anadolu

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours