Kesahajaan Paus dan Kewibawaan Imam Besar Istiqlal

Estimated read time 3 min read

Khairy Fouadi

Pemerhati hubungan internasional dan pemuda NU

Pemimpin tertinggi agama Katolik, Paus, telah meninggalkan jutaan kesan di hati umat Katolik dan masyarakat Indonesia. Sebagai pemimpin negara, sekaligus komunitas Katolik sedunia yang berjumlah sekitar 1,3 miliar jiwa, kunjungan Paus merupakan sebuah fenomena tersendiri. Itu mendominasi layar, mengisi berita dan menjadi trending topik yang tak terhitung jumlahnya.

Bagi umat Katolik, memiliki Paus adalah sebuah berkah, cinta, kegembiraan, iman, dan di atas segalanya. Lebih dari segalanya. Kardinal Ignatius Suharjo menggambarkan kegembiraan umat Katolik mengunjungi Paus seperti kunjungan seorang ayah kepada putranya atau seorang gembala kepada domba-dombanya.

Dalam konteks hubungan antar negara, kunjungan Paus juga banyak membangkitkan kenangan sejarah hubungan lama antara Indonesia dan Tahta Suci. Sejak tahun 1947, Tahta Suci adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan negara kita, mendukung kemerdekaannya dan menjalin hubungan bilateral. Artinya bagi Indonesia, Tahta Suci adalah kakak Vatikan. Tak heran jika kunjungan Paus kali ini menunjukkan hubungan yang sangat mendalam dan erat.

Salah satu momen yang menyita perhatian adalah Prof Ketua Imam Istiklal. Dr. K.H. Nasarudin Omar mencium kening Paus dan kemudian Paus mencium tangan Imam Besar. Sebuah momen yang mungkin sulit bagi kita dalam banyak situasi di mana tokoh-tokoh dunia bertemu. Seluruh media pun langsung mengabadikan dan mengabadikan momen tersebut, lalu setiap orang yang merasakan kesegarannya membagikannya melalui jejaring sosialnya.

Menurut kami, ini adalah momen paling epik yang pernah ada. Paus, menurut beberapa laporan, tiba dengan penuh kesopanan dan kerendahan hati, diterima di Innova Zenic sebagai tukang pompa bersama Kakek di kedutaan belaka, bukan di hotel mewah. Imam Istiklal datang kemarin dengan penuh kewibawaan.

Biasanya kita melihat Imam Besar Istiklal mengenakan jubah hitam dan tengkorak nasional, namun momen kemarin bersama Paus sedikit berbeda. Imam besar mengenakan jubah putih, dengan sorban putih di bahunya dan sorban melingkari peci putihnya. Sangat bagus. Imam besar tampaknya sangat percaya bahwa Tuhan adalah ciptaan yang paling indah dan menyukai keindahan. “Inllallah Jamil Yuhibbul Jamal” (al-Hadits).

Dan mengapa pendeta kepala termasuk orang terkenal dan berpengaruh menjadi perhatian penulis? Tak ada balasan kecuali “Tuizzu man tasyaa”. Allah mensucikan siapa yang Dia kehendaki. sebaliknya.

Kerendahan hati, karisma dan otoritas diberikan, semuanya datang secara alami. Akumulasi pengetahuan, pengalaman dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajha dalam “Riyadusshalihin”: “Memandang wajah para Ulama itu patut disembah, juga merupakan cahaya bagi mata dan cahaya bagi hati.”

Oleh karena itu, kami yakin solidaritas para tokoh, antusiasme masyarakat dan masyarakat akan menjadi oase di tengah keringnya ruang publik kita. Kehadiran Paus, keterbukaan Pak Yokos dan negarawan, serta indahnya visi para pemimpin rakyat menjadi embun penyejuk di tengah kehausan masyarakat akan hikmah dan keteladanan.

Kami optimis karena hubungan harmonis antara Indonesia dan Tahta Suci maka jalan menuju dunia yang damai dan sejuk akan semakin terbuka. Momen epik Paus dan Imam Besar Istiklal saling mencium kepala dan tangan akan menjadi semacam prasasti yang terpatri dalam benak umat beriman sedunia. anugerah untuk seluruh umat manusia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours