Ketimpangan jumlah media jadi problem sebaran informasi di Indonesia

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dewan Media bekerja sama dengan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menghadirkan kajian narasumber dari berbagai organisasi media, baik cetak, online, dan televisi, tentang keadaan media di Indonesia untuk mengetahui jumlah dan distribusi media, situasi perusahaan media terkait dengan perkembangan teknologi.

Dalam penelitian ini terlihat adanya ketimpangan jumlah distribusi media menurut geografi yang sebagian besar dikuasai oleh media di wilayah Indonesia bagian barat.

“Media Cyber” ada sekitar 44,78 persen dari jumlah total media di 10 provinsi Indonesia, yaitu Jawa, Sumatra dan Kalimantan Timur. media cetak, televisi, dan radio lebih besar di Jawa dan Sumatera,” kata Ketua Komisi Penelitian, Pendataan, dan Pengesahan Pers Dewan Pers Sapto Anggoro dalam pemaparan penelitian di Jakarta, Rabu.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak pekerja yang memiliki peraturan yang perlu diubah dalam situasi kooperatif. Di satu sisi Sapto bilang bagus, tapi di sisi lain mereka melaporkan mengejar ide demi keuntungan.

Sementara itu, di wilayah padat media, kemungkinan besar akan mencapai “titik jenuh” karena ketatnya persaingan antar media, sehingga mempengaruhi konten berita dan kualitas media secara keseluruhan.

“Di tempat keramaian, media bisa mencapai level yang lebih tinggi karena persaingan antar media semakin ketat, untuk merebut penonton atau beriklan, itu berdampak pada pemberitaan mereka,” ujarnya.

Selain itu, kehadiran teknologi juga menempatkan industri media di Indonesia dalam kondisi sulit dan berdampak pada pendapatan.

Berdasarkan platform tersebut, total sumber media yang terdaftar di Dewan Media hingga tahun 2023 berjumlah 1.789 sumber, yang jika dirinci, terdapat 964 sumber internet, 374 media TV, 18 media, dan 433 media cetak.

Karena dominannya kehadiran internet atau media internet, beberapa perusahaan hidup dengan mencoba mengembangkan bisnis baru untuk beradaptasi dengan ekosistem digital namun terkendala biaya yang tinggi dan hal tersebut tidak mudah.

Kebanyakan media berusaha untuk hidup dalam batasan, sehingga memperkecil ukuran organisasi mereka, mengurangi staf dan memotong biaya. Dari data survei, Sapto menyebutkan lebih dari 50 persen perusahaan media memasukkan biaya operasional pada kisaran 10-50 juta per bulan.

“Tidak hanya media kecil, tapi media besar juga dikurangi stafnya,” ujarnya.

Untuk mendorong pengembangan ekosistem media yang sehat, Dewan Media memfasilitasi sertifikasi perusahaan media, membantu meningkatkan kapasitas media, mendorong evaluasi kompetensi jurnalis, dan mendorong penerbitan peraturan tentang hak-hak penerbit.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours