Ketua Banggar: RAPBN 2025 disiapkan guna hadapi tantangan ekonomi

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Kepala Badan Anggaran Negara Republik Demokratik (Banjar) Saeed Abdullah mengatakan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2025 telah disusun secara matang untuk menjawab tantangan perekonomian domestik dan global.

Saeed menyadari banyak indikator sektor keuangan yang menunjukkan tren negatif. Misalnya saja nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS. Faktanya, satu dolar AS saat ini ditukar dengan 16.402 rupiah.

“Sejak dua tahun lalu, nilai tukar rupiah terus meningkat, dari Rp 14.000 menjadi satu dolar AS pada tahun 2022, dan terus naik menjadi Rp 14.500-15.000 per dolar AS pada tahun 2023, dan pada triwulan I tahun 2024. , kata Said dalam keterangannya di Jakarta, Senin, yang menyebutkan, “harganya akan berada di level Rp 15.400-16.400 per dolar.”

Contoh lainnya, neraca transaksi berjalan terus defisit pada triwulan II-2023 hingga triwulan I-2024, padahal pada triwulan III-2021 hingga triwulan I-2023 surplus. Defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2024 sangat dalam, yakni US$2,2 miliar.

Meskipun FDI meningkat sebesar 15% pada kuartal pertama tahun 2024, pertumbuhan ini tidak terlalu mengesankan dibandingkan periode sebelumnya.

Jika melihat beberapa indikator tersebut, Said memperkirakan minat investor asing terhadap kegiatan usaha di Indonesia semakin menurun.

“Kesamaan yang dapat kami jelaskan adalah minat investor asing terhadap kegiatan usaha di Indonesia, khususnya sektor keuangan, menurun akibat meningkatnya sentimen imbal hasil obligasi AS, tren imbal hasil obligasi Indonesia, dan meningkatnya sentimen beberapa bank sentral,” Saeed berkata. “Di negara-negara maju, tarif belum berakhir.”

Untuk membantu pemerintah menjaga fleksibilitas fiskal ke depan, Badan Anggaran RDK telah menetapkan serangkaian target asumsi makroekonomi dan posisi RAPBN hingga tahun 2025.

Banggar DPR RI mematok pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,1-5,5%. Target tingkat inflasi antara 1,5% dan 3,5%, dan target nilai tukar 15.300 hingga 15.900 rupee per dolar AS.

Saeed menjelaskan, asumsi tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan asumsi makroekonomi yang disampaikan pemerintah kepada Partai Demokrat.

“Nilai tukar DPR Banggar ditetapkan Rp 15.900, sedangkan kurs pemerintah ditetapkan Rp 16.000.” Namun, seperti disampaikan pemerintah dalam konferensi pers bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan, pemerintah mengamininya. Penetapan batas atas nilai tukar Rp15.900 guna meningkatkan upaya pengendalian rupiah. Dia menjelaskan pagi ini.

Ada beberapa alasan atas asumsi Banggar DPR di atas, pertama terkait imbal hasil SBN, Banggar DPR mendorong untuk tidak menaikkan batas imbal hasil.

Begitu pula dengan target oil lift, dimana posisi Banggar DPR adalah mendorong target yang lebih tinggi. Pertimbangannya adalah meningkatkan investasi di sektor hulu.

Saeed berkata: “Di sisi lain, peningkatan kapasitas produksi minyak akan memberikan penyangga bagi rencana perencanaan minyak kami di masa depan.”

Lebih lanjut, berdasarkan rincian kesepakatan antara pemerintah dan Banggar DPR selama ini, Said memperkirakan pendapatan negara sebesar Rp2.986,3 triliun, belanja negara sebesar Rp3.542 triliun, dan defisit APBN sebesar Rp555,7 triliun dengan asumsi PDB 2025 sebesar Rp 24.270 Triliun rupiah. .

Belanja negara RAPBN tahun 2025 juga akan memberikan dukungan anggaran sebesar Rp71 triliun untuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG) bagi anak sekolah.

“Saya yakin dengan RAPBN yang diposisikan pada tahun 2025, meskipun memiliki banyak target yang sangat menantang, namun posisi RAPBN tersebut cukup untuk menjawab tantangan perekonomian kita ke depan,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours