Ketua DPR: KBRI Beijing jadi ujung tombak hubungan Indonesia-China

Estimated read time 3 min read

Beijing (ANTARA) – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani mengatakan KBRI Beijing bisa menjadi penghubung utama Indonesia dalam mempererat hubungan dengan China.

“Saya minta KBRI Beijing…menjadi pemimpin Indonesia yang selalu bisa adaptif, aktif mempererat hubungan Indonesia dan China,” kata Puan di Wisma Indonesia, Beijing, Rabu.

Pengumuman tersebut disampaikannya saat berkunjung ke KBRI Beijing, di mana ia bertemu dengan para diplomat, staf lokal, dan anggota Asosiasi Dharma Vanita KBRI Beijing.

Sebelumnya, Puan bersama 12 anggota DPR lainnya dari Fraksi PDI Perjuangan bertemu dengan Ketua Kongres Rakyat Nasional (NPC) Zhao Lejie dan Ketua Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat (CPC) China Wang Huning di Aula Besar Rakyat, Beijing, pada Selasa (5 ). /28).

Hubungan Indonesia-China telah terjalin selama hampir 75 tahun sejak tahun 1950, ketika Indonesia dipimpin oleh Presiden Sukarno, kata Puan.

Menurutnya, dalam pertemuan Selasa, Ketua Umum Partai Komunis Ukraina dan Ketua Partai Rakyat Ukraina menyatakan hubungan kedua negara tetap terjalin meski ada pasang surut.

“Mereka masih ingat hubungan kedua pemimpin negara yaitu Mao Zedong dan Bun Karno,” kata Puan seraya menambahkan bahwa hubungan tersebut bermanfaat bagi kedua negara.

“Kami menyebutnya “jaket merah” – jangan pernah melupakan sejarah. Saya melihat bahwa Tiongkok dapat menjadi kuat, dapat bertransformasi dengan cara ini, karena Tiongkok tidak melupakan akarnya. Tiongkok tidak dapat menjadi seperti ini tanpa perjuangan untuk “fondasi”nya. ” dari para bapak (founding fathers bangsa), ujarnya.

Puan juga berharap Warga Negara Indonesia (WNI) di Tiongkok tidak melupakan akar sejarahnya sebagai orang Indonesia.

“Kita semua harus punya akar. Indonesia bisa bertransformasi dengan cepat dan menjadi Indonesia yang besar dan kuat jika kita tidak pernah melupakan akar dan dari mana kita berasal,” ujarnya.

Ia berpesan kepada KBRI Beijing untuk terus menyampaikan pesan baik di mata pemerintah dan masyarakat Tiongkok di masa transisi pemerintahan Indonesia.

“Kita harus bisa melihat ke depan, apa yang kita lakukan adalah yang terbaik untuk masa depan Indonesia,” kata Puan.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia, Jauhari Oratmangun, mengatakan hubungan Indonesia-Tiongkok mengalami perkembangan yang signifikan, terbukti dengan pentingnya perdagangan kedua negara dan investasi Tiongkok di Indonesia.

Mengutip data bea cukai Tiongkok, Jauhari mengatakan nilai perdagangan Tiongkok-Indonesia akan mencapai US$139,41 miliar (sekitar 2,24 kuadriliun rupiah) pada tahun 2023, mencapai US$33,57 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

“Perdagangan Indonesia dan Tiongkok positif selama empat tahun berturut-turut,” ujarnya.

Menurut Jauhari, pihaknya sedang menjajaki kerja sama dengan China di bidang energi terbarukan, infrastruktur kesehatan, ekonomi digital, pertanian, dan perikanan.

Ia juga mencatat bahwa hubungan internasional antara kedua negara sangat penting.

“Hubungan internasional sangat penting karena hubungan politik dan ekonomi bisa naik turun, namun hubungan antarmanusia lebih awet,” kata Jauhari.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours