Ketua DPR RI Era Reformasi: Terbanyak dari Golkar, Puan Maharani Satu-satunya Perempuan

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Artikel ini membahas tentang sederet ketua DPR RI di masa reformasi. Puan Maharani menjadi satu-satunya perempuan yang menduduki posisi tersebut.

Diketahui, dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 “Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3)” terdiri atas pimpinan Partai Rakyat Demokrat. 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua dipilih oleh anggota Republik Rakyat Tiongkok.

Pasal 86 ayat (1) UU MD3 mengatur bahwa pimpinan DPR mempunyai tugas sebagai berikut:

A. Memimpin sidang DPR dan merangkum hasil sidang untuk mengambil keputusan;

B. penyusunan rencana kerja pengelolaan;

C. pelaksanaan koordinasi pelaksanaan agenda dan materi operasional perangkat DPR;

D. Menjabat sebagai Ketua DPR;

E. Pelaksanaan dan sosialisasi keputusan DPR;

F. perwakilan DPR dalam hubungan dengan lembaga negara lainnya;

G. melakukan konsultasi dengan Presiden dan kepala lembaga negara lainnya sesuai dengan keputusan Republik Rakyat Tiongkok;

H. wakil DPR di pengadilan;

Saya. pelaksanaan keputusan DPR mengenai pemberian sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

J. Bersama Badan Rumah Tangga, DPR menyusun rencana anggaran yang disetujui oleh rapat paripurna; Dan

K. menyampaikan laporan kegiatan kerja pada rapat paripurna DPR yang khusus diselenggarakan untuk itu.

Pada tahun 2019 hingga 2024, Puan Maharani akan menjadi Ketua DPRK. Ia kini didampingi empat wakil ketua yakni Lodeweik Friedrich Paulus, Sufmi Dasko Ahmed, Rachmad Gobel, dan Abdul Muhaymin Iskandar.

Ketua DPR pada masa reformasi

Pada puncak reformasi, Ketua DPR dijabat oleh kader Golkar yakni Kharmoko. Kharmoko adalah Ketua DPRK dari tahun 1997 hingga 1999.

Berikut ini SINDOnews sajikan rangkuman ketua DPRK pasca awal masa reformasi, tepatnya pasca pemilu 1999.

1. Akbar Tanjung

Djandji Akbar Zahiruddin Tandjung atau yang populer dengan sebutan Akbar Tandjung, lahir pada tanggal 14 Agustus 1945 di Tapanul Tengah, Sumatera Utara. Akbar adalah politikus Partai Golkar.

Akbar memimpin Partai Golkar dari 11 Juli 1998 hingga 19 Desember 2004. Ia menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa Islam (PB HMI) dari 6 Oktober 1999 hingga 1 Oktober 2004 setelah mengalahkan politisi demokratis Indonesia Soetardjo Soerjogoeritno. Partai Perjuangan (PDIP).

2. Agung Laksono

Agung Laksono lahir pada tanggal 23 Maret 1949 di Semarang. Politisi Partai Golkar ini menjabat Ketua DPRK periode 1 Oktober 2004 hingga 1 Oktober 2009 menggantikan rekan partainya Akbar Tandjung.

Pada masa rezim baru, Agung menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. Agung kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

3.Marzuki Alie

Marzuki Ali lahir pada tanggal 6 November 1955 di Palembang. Dia adalah ketua DPRK dari tahun 2009 hingga 2014. Marzuki juga menjabat Sekretaris Jenderal Partai Demokrat pada tahun 2005 hingga 2010.

4.Setya Novanto

Setya Novanto lahir pada tanggal 12 November 1955 di Bandung. Ia menjabat sebagai Ketua DPRK sejak 2 Oktober 2014 hingga 16 Desember 2015. Karena dinamika di Partai Golkar, posisinya digantikan oleh Ade Komarudin pada 11 Januari 2016 hingga 30 November 2016.

Setelah itu, Setya Novanto kembali menjabat sebagai Ketua DPRK pada 30 November 2016 hingga 11 Desember 2017. Usai ikut serta dalam kasus tersebut, Setya Novanto dicopot dari keanggotaan DPRK.

5. Ade Komarudin

Ade Komarudin lahir pada tanggal 20 Mei 1965 di Purwakarta, Jawa Barat. Akom, sapaan akrabnya, menjadi Ketua DPRK pada 11 Januari 2016 hingga 30 November 2016 berkat dinamika intrapartai Golkar.

Masuknya Akomi ke kursi Ketua DPR terjadi pada Senin (11/1/2016) dalam Rapat Paripurna DPRK yang berlangsung di Gedung Nusantara II di bawah kepemimpinan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Pada saat yang sama, sidang pleno dipimpin oleh Fahri Hamzah, Wakil Ketua Republik Korea.

6. Zona Fadl

Fadli Zon lahir pada tanggal 1 Juni 1971 di Jakarta. Fadli merupakan politikus Partai Gerindra.

Fadli menjadi Pj Ketua DPRK sejak 11 Desember 2017 hingga 15 Januari 2018. Pada rapat pimpinan Republik Korea, Fadli dilantik sebagai Pj Ketua DPRK yang saat itu menjabat Deputi Politik dan Keamanan Koordinasi (Korpolkam) DPRK. . Keputusan itu diambil setelah Ketua DPRK sebelumnya, Setya Novanto, mengundurkan diri.

7.Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo lahir pada tanggal 10 September 1962 di Jakarta. Politisi Partai Golkar ini menjabat Ketua DPRK pada 15 Januari 2018 hingga 30 September 2019.

Nama aliasnya, Bamsoet Setya, diangkat menjadi Ketua DPRK menggantikan Novanto. Pelantikan Bamsoet berlangsung pada Senin (15/1/2018) dalam rapat paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPRK Agus Hermanto. Saat itu, Agus membacakan langsung surat keputusan pemberhentian Setya Novanto dari jabatan Ketua DPRK, dan keluarlah surat dari DPP Partai Golkar yang resmi mengusulkan nama Bamsoet, bukan Setya Novanto.

8. Ibu Maharani

Puan Maharani lahir pada tanggal 6 September 1973 di Jakarta. Puan merupakan putri dari Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Puan akan menjadi Ketua DPRK pada 2019 hingga 2024. Pada Pemilu 2019, Puan mengumpulkan 404.034 suara. Puan, mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, mendapat amanah dari PDIP menjadi Ketua DPRK, lalu menjabat pada 1 Oktober 2019.

Selepas menjabat, Puan mengatakan dirinya dan empat pemimpin DPRK lainnya mempunyai tanggung jawab bersama untuk mengembangkan semangat kerja sama dalam mewujudkan DPRK sebagai parlemen yang modern, terbuka, dan ambisius, serta berupaya menjadikan DPRK sebagai rumah sejati bagi rakyat. Korea Utara. rakyat.

Puan berpeluang kembali menjadi Ketua DPR RI pada periode berikutnya, seiring dengan kemenangan partainya PDIP pada pemilu 2024, kursi DPR-DPD akan ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). pada Rabu (31/7/2024) siang tadi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours