Ketua Nour Global Education: Universitas Al Azhar Mesir Mesin Pencetak Ulama

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Universitas Al Azhar Mesir menjadi mesin penghasil sarjana. Kampus dengan populasi mahasiswa Indonesia sebanyak 15.000 mahasiswa memungkinkan untuk belajar tentang Islam dari sudut pandang yang sederhana.

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Nour Global Education Institute, Hakim Mahdi. Lanjutnya, para wisudawan sekembalinya ke Indonesia diharapkan bisa sekadar menyebarkan nilai-nilai Islam di berbagai tingkat layanan.

Baik sebagai guru mengaji di surau, guru di pesantren, tenaga akademik di kampus, atau sebagai eksekutif di tingkat pemerintahan, anggota legislatif dan yudikatif, serta tokoh agama.

Baca juga: Dibuka hingga 24 Mei 2024, Pendaftaran Universitas Al-Azhar Mesir Capai Ribuan Peserta

Ia membantah sebagian besar santri di Al Azhar tidak belajar dengan serius, melakukan hubungan tidak senonoh, dan melakukan berbagai aktivitas maksiat lainnya.

“Tidak benar adanya tuduhan bias dari pihak-pihak tertentu bahwa pelajar Indonesia di Mesir lebih banyak membuang waktu, tidak konsentrasi belajar dan melakukan maksiat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (23/6/2018). 2024).

Mahkamah yang mempertahankan tesis doktornya di hadapan guru besar Universitas Al Azhar bidang Ushul Fiqhi dengan predikat cumlaude dengan predikat predikat kelas dua ini mengatakan, mahasiswa Indonesia di Mesir adalah teladan.

Baca juga: Ciptakan SDM Unggul, Lazis ASFA Gandeng Al-Azhar Kairo Gelar Pelatihan Kader Ulama

Mereka, lanjutnya, rajin kuliah di kampus, menjadi guru, bahkan menjadi guru bagi mahasiswa asing lainnya, terutama yang berasal dari Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina.

Bahkan ada yang dipercaya menjadi guru tasawuf di madrasah milik Syekh Ali Gomaa Mohammad Abdel Wahab, Mufti Besar Mesir periode 2003 – 2013, katanya.

Selain menjadi santri Al Azhar, kata dia, mereka juga bisa berkontribusi pada masyarakat di Mesir, baik sebagai imam tetap di masjid-masjid Mesir dan juga mengajar Alquran kepada warga Mesir.

Dijelaskannya, mahasiswa Indonesia di Universitas Al Azhar seperti diketahui tidak dipungut biaya kuliah.

Namun, kata dia, karena minimnya beasiswa dan santunan mengajar dari pemerintah Indonesia, para pelajar dan mahasiswa berkreasi untuk melakukan kegiatan pendukung tanpa meninggalkan misi utamanya yaitu belajar.

Kegiatan yang dimaksud antara lain berperan aktif sebagai peserta musim haji, menjadi pemandu wisata bagi wisatawan Indonesia, membuka warung makan dengan harga terjangkau, membuat tempe, tahu, manisan dan kegiatan lainnya.

Beliau juga menghimbau kepada pihak-pihak terkait apakah ada kendala dan hambatan dalam pelaksanaan pengembangan kemahasiswaan di Mesir, agar hal tersebut dapat didiskusikan oleh semua pihak yang berkepentingan.

Seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA). Indonesia, Persatuan Pelajar dan Pelajar Indonesia (PPMI) Mesir, dan kementerian/lembaga terkait lainnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours