Kisah Airlangga, Pendiri Kahuripan Jadi Saksi Tamatnya Mataram Kuno dari Serangan Sriwijaya

Estimated read time 2 min read

Penyerangan Mataram Kuno oleh Kerajaan Sriwijaya mengakhiri sejarah Mataram. Penyerangan ini mengakhiri sejarah Mataram di bawah pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh. Saat itu, Mataram mengadakan pesta pernikahan putra raja dan Airlanga.

Ayrlangga yang menjadi pengantin berhasil lolos dari serangan maut tersebut. Alhasil, Airlangga Dharmawangsa Teguh menjadi penguasa terakhir dinasti Mataram lama dan menjadi penerus dinasti Isiana.

Airlangga kemudian mengumpulkan kekuasaan dan mendirikan Kerajaan Kahuripan yang semula berpusat di Wwatan Mas, sebuah daerah yang konon berada di kaki Gunung Lau, Mawsati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Namun kemudian Vwatan Mas kembali diserang oleh putri Raja Panuda dan prajuritnya hingga mereka binasa. “Airlangga memindahkan pusat pemerintahan dari Wwatan Mas ke Kahoripan.”

Kutipan dari buku “13 Raja Paling Berpengaruh dalam Sejarah Kerajaan di Jawa” ini diketahui merupakan cikal bakal kerajaan Daha dan Jangala.

Berdirinya kerajaan Kahurippan yang awalnya hanya menguasai wilayah Sidarojo dan Pasuruhan, diperkirakan terjadi pada tahun 1007 M, tiga tahun setelah peristiwa Mahapralaya versi pertama, namun ada pula yang meyakininya pada tahun 1016 M. Pada edisi kedua.

Sedangkan narasi versi kedua mengenai peristiwa Mahapralaya lebih dapat dipercaya dibandingkan versi pertama. Ingatlah bahwa Airlangga pertama kali menjadi raja Kahoripan pada tahun 1019 Masehi. Tiga tahun setelah berdirinya Kahuripan.

Raja Airlangga sendiri merupakan raja besar kerajaan Kahuripan. Nama Airlangga atau yang sering disebut Erlangga artinya melompati air.

Menurut para ahli sejarah, Dharmmodayana Warwadeawa Udayana, lahir dari pasangan Airlangga atau Mahendratta (Gunapriya Dharmapadni), putra Udayana, berdarah campuran pada masa Belalu-Medang di Jawa Timur atau Bali-Jawa Timur.

Jika ditelusuri dari garis keturunan ayahnya, Airlangga masih dianggap sebagai cucu Sri Kesari Varmadeva (Raja Bali). Sedangkan jika ditelusuri dari pihak ibu, Airlangga masih bisa dianggap sebagai cucu Sri Makutawangsavardan (raja Medang ketiga pada masa Jawa Timur).

Jadi, Airlangga tetaplah keponakan Dharmawangsa Tegu yang merupakan raja Mataram terakhir di Jawa Timur. Airlangga mempunyai dua orang adik laki-laki bernama Marakata dan Anak Wungsu.

Marakata kemudian menjadi raja Bedeva setelah kematian Udayana. Sedangkan Anak Wungsu menjadi raja Bejah setelah kematian Marakata. Ketika berusia 16 tahun, ia pergi ke Negeri Medang dengan ditemani Mpu Narotama, seorang abdi Airlanga.

Ayrlangga dan putrinya menikah dengan Dharmawangsa Tegukh.

Dari pernikahannya dengan putri Dharmawangsa Tegukh, Airlangga dikaruniai seorang putri bernama Sangramavijaya Tungadevi. Sedangkan putra Airlangga lahir dari pasangan Sri Samarawijaya dan Maphanji Garasakan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours