Kisah Asal-usul Telaga Warna, Hukuman untuk Putri Manja yang Serakah

Estimated read time 3 min read

Telga Varna Cisarua dikenal sebagai salah satu tempat wisata populer di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Tempatnya berada di tengah hutan hujan dan di pinggir perkebunan teh sehingga masih terlihat asri.

Selain keindahannya, destinasi wisata ini juga memiliki sejarah yang dianggap masyarakat sebagai awal mula penciptaannya.

Kisah asal usul Telaga Varna sudah diceritakan secara turun temurun dan menjadi salah satu cerita rakyat Jawa Barat.

Berikut ulasannya yang disunting dari berbagai sumber hingga Kamis (13/6/2024).

Asal Telga Varna

Banyak cerita menarik mengenai asal usul Telaga Varna. Salah satunya disajikan dalam buku Eem Sukhemi “Rahasia Telag Varna”.

Konon dahulu kala ada sebuah kerajaan bernama Kutatangguhan di kawasan Puncak. Tempat ini berada di lereng Gunung Lemo di kawasan Bukit Mega Mendung.

Kerajaan Kutangeguhan diperintah oleh seorang raja bernama Prabhu Swarnalaya. Ia memerintah kerajaan bersama istrinya yang cantik bernama Ratu Purvaman.

Meski mempunyai kekuasaan dan dicintai rakyat, nampaknya Raja Swarnalaya tidak bahagia. Pasalnya, dia dan Permaisuri belum memiliki anak.

Kalau dipikir-pikir, alasannya adalah Raja Swarnalaya telah melanggar larangan berburu rusa di bulan Gunung. Hal ini diceritakan oleh ahli nujum istana yang mengatakan bahwa setiap rusa yang dibunuh oleh tukang emas melambangkan hilangnya keturunan kepadanya.

Menghadapi situasi sulit, Raja Swarnalaya berusaha mencari jalan. Ia memutuskan untuk bermeditasi pada malam bulan purnama di sebuah gua kecil di sekitar Gunung Mas.

Selama proses ini, tukang emas menghadapi sejumlah gangguan dan kendala. Namun pada akhirnya Raja Swarnalaya berhasil kembali dengan selamat ke istana.

Menariknya, ada kabar baik beberapa bulan setelah retret tersebut. Permaisuri dinyatakan hamil.

Raja Swarnlai dan Ratu Purvamanah akhirnya dikaruniai seorang putri cantik bernama Devi Kunkang Biru.

Mengingat betapa lamanya Raja Swarnalaya dan Maharani menunggu kelahiran anak tersebut, mereka berdua sangat memanjakan Dewi Kunkung Bir.

Sayangnya, hasil pendidikan tersebut membawa dampak negatif.

Sehari sebelum ulang tahunnya, Dwi Kunkang Bisru meminta ayahnya untuk menghiasi setiap helai rambutnya dengan emas dan permata.

Raja Swarnalaya terkejut mendengar permintaan tersebut karena tidak masuk akal.

Mendengar permintaannya ditolak, Devi Kunkang Biru naik pitam. Insiden itu terdengar di luar istana dan orang-orang menyumbangkan kekayaan mereka sebagai hadiah untuk putri yang dimanjakan.

Sebagai tanda terima kasih, Raja Swarnalaya mengadakan pesta meriah dan mengundang rakyatnya. Dalam pesta tersebut, sebuah kotak berisi banyak permata diserahkan kepada Dewi Kunkung Bir.

Namun Dewi Kunkung Biru kecewa karena perhiasan yang dilihatnya tidak sesuai ekspektasinya. Ironisnya, dia menjatuhkan kotak itu ke lantai dan mengejutkan semua orang.

Perbuatan berani Dewi Kunkung Biru membuat alam murka. Tiba-tiba terjadi guntur, disusul hujan dan badai.

Tanah di sekitar istana juga dirobohkan. Akhirnya terjadilah banjir yang menenggelamkan segalanya.

Ketika hujan reda, kerajaan Kutatangguhan lenyap, dan di tempatnya muncullah sebuah telaga yang penuh dengan ikan berwarna-warni. Kemudian orang-orang mengenalnya sebagai Telga Varna.

Demikian sekilas tentang kisah asal usul Telaga Warga. Pesan moral yang dapat diambil dari cerita di atas adalah bahwa keserakahan dapat membuat seseorang kehilangan segalanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours