Kisah Asmara Gajah Mada dengan 3 Wanita yang Menggegerkan Majapahit

Estimated read time 6 min read

Gaja Mada merupakan Mahapati yang mendampingi Raja Hayam Wuruk membawa kejayaan kerajaan Majapahit. Menarik untuk mengetahui kisah cinta sosok yang dipopulerkan oleh ras Palapa ini.

Dari berbagai referensi ada tiga nama wanita cantik yang dikaitkan dengan Gajamada. Demang kerajaan Kahuripan dimulai dari Puranti, putri Suryanath.

Berikutnya adalah Dyah Pitaloka Sitarasmi, seorang putri kerajaan Sunda yang terkenal kecantikannya saat itu. Istri ketiga adalah Ni Luh Ayu Sekarini, putri Ki Duku Gedangan dari Kerajaan Bali.

Berdasarkan prasasti Arya Babed berupa lempengan tembaga di pelataran Pura Arya Babed di Desa Bubunan, Kecamatan Sririt, Kabupaten Buleleng, Singaraja, diceritakan Gaja Mada hanya dengan Ni Luh Ayu Sekarini yang menikah. Arya dikaruniai seorang putra bernama Babed.

Prasasti tersebut menceritakan kisah Gaja Mada yang diutus oleh Ratu Tribhuvanatungadevi untuk menyerbu dan menaklukkan kerajaan Bali. Maka pada saat penaklukan Bali, Gaja Mada datang ke Dusun Gedangan untuk bermeditasi.

Gaja Mada kemudian menetap dan bertapa di tempat itu selama kurang lebih empat bulan dan sering bertemu dengan Ni Luh Ayu Sekarini, putri Ki Duku Gedangan.

Konon Gaja Mada langsung jatuh hati pada si cantik Ni Luh Ayu Sekarini.

Belakangan, benih cinta keduanya tumbuh hingga menikah. Jadi Ni Luh Ayu Sekarini hamil. Namun sebelum anaknya lahir, Gaja Mada harus kembali ke Mahapahit begitu ia dipanggil Ratu Tribhuvanatungadevi.

Setelah anak Gaja Mada dewasa, ia mencari ayahnya di Majapahit. Anak kesayangan Ni Luh Ayu Sekarini Gaja Mada, Arya Babed, sempat tinggal di Majapahit beberapa saat dan akhirnya kembali ke Bali.

Sedangkan Kisah Cinta Gajamada pada Puranti edisi pertama tahun 2015 dimuat dalam buku Gesta Bayudhi Kisah Cinta Gaja Mada, Kontroversi Kehidupan Mahapati.

Cerita dimulai sebelum Gajamada menjadi seorang prajurit yang tangguh. Saat itu Gaja Mada dikenal sebagai bekal dipa atau prajurit biasa yang bertugas di kerajaan Kahurippan di bawah Majapahit.

Gaja Mada yang seorang prajurit jatuh cinta pada Puranti, putri Demang Suryanata dari kerajaan Kahuripan. Namun seiring berkembangnya percintaan mereka, kekasih Puranti dilamar oleh Radan Damar, putra Ranga Tanding, seorang Pati Kahuripan.

Tentu saja Demang Suryanatha tidak bisa menolak lamaran tersebut karena Patih Ranga adalah anak buah Tanding. Kedudukan Gajamada sebagai hanya Bekal Dipa (prajurit biasa) hanya bisa menerima kenyataan dan siap lengser demi kebahagiaan Puranti tercinta.

Namun sayang, saat Gajamada sedang berduaan dengan Puranti, ia ditangkap oleh Radan Damar. Alhasil Radan Damar salah kaprah sehingga terjadilah perkelahian antara Gaja Mada dan Radan Damar.

Dalam pertempuran tersebut Radan Damar gugur sehingga memaksa Gaja Mada mengabdi pada Majapahit. Maka kisah cinta ini terhenti.

Sementara itu, kisah cintanya dengan Dyah Pitaloka Sitaresmi juga banyak disebutkan dalam literatur. Dimana disebutkan bahwa Gaja Madan juga pernah menjalin asmara dengan Dyah Pitaloka Sitaresmi.

Putri kerajaan Sunda ini terkenal dengan kecantikannya saat itu. Demikianlah kecantikan Dyah Pitaloka Sitaresmi sampai ke telinga Raja Hayam Vuruk. Namun saat Prabu Hayam melamar Vuruk Dyah ke Pitaloka, Pati berusaha menghentikannya.

Kemudian terjadilah Pertempuran Bubat antara Majapahit melawan Kerajaan Sunda yang menyebabkan Daya Pitaloka bunuh diri karena seluruh pasukan Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Maharaja Lingabuana dibunuh oleh tentara Majapahit yang dipimpin oleh Gaja Mada.

Namun dalam kitab Gusta Bayuwadhi juga disebutkan bahwa Gaja Mada adalah seorang pemimpin yang tidak memiliki keinginan akan harta, tahta atau wanita. Hal ini ditegaskan setelah Gajamada Palapa berjanji akan mempersatukan nusantara.

Selain itu, kemunculan Mahapati dalam novel sejarah “Gaja Mada: Hamukti Palapa” terbitan Penerbit Tiga Serangkai Solo, juga menandakan bahwa biografi Langit Kresna Hadi tidak menarik bagi kaum hawa.

Dalam biografinya tertulis sebuah penggalan percakapan Gaja Mada dengan Mahapatih Arya Tada tentang perempuan atau wanita. Di bawah ini kutipannya:

“Perempuan itu lemah bagiku, paman! Kalau aku mengabdi, maka setiap langkahku akan terhambat. Aku tidak ingin diganggu oleh hal kecil di kemudian hari. Padahal, Majapahit membutuhkan laki-laki yang kuat di masa depan, perlu yang kuat. Laki-laki, tidak takut keluar darah dari badan, harusnya laki-laki yang berani berkorban, Bagaimana laki-laki bisa bebas dan memperluas wilayah kekuasaan majapahit Kalau perempuan atau keluarga terikat bisa bertahun-tahun untuk tujuan ini saya bisa mimpi menjadi kenyataan bila aku diganggu oleh makhluk perempuan Wanita atau wanita itu ibarat lapar dan haus bagiku, harus dilawan.

Gaja Mada mampu menunaikan sumpah Palapa dengan menyatukan nusantara di bawah panji kerajaan Majapahit. Kebijakan pemersatu nusantara dilakukan selama 21 tahun.

Janji setia

“Sira Gaja Mada Pepatih Amungkubumi Tan Ayun Amukti Palapa, Sira Gaja Mada : Lamun Huwas Kehilangan Kepulauan Ingsun Amukti Palapa, Lamun kehilangan Guru Ring, Seram Ring, Tanjungpura, Haru Ring, Pahang, Ring, Balem, Dompu Tumasik, Samana Ingsun Amukti Palapa” .

Pada tahun 1258, Saka (1334 M) Gajamada Mahapati dinobatkan sebagai Amangubhumi dalam salah satu penggalan Kitab Paraton, yang jika diterjemahkan berarti “Gajamada, gubernur Amangubhumi, tidak mau berbuka, Gaja Mada”. Aku berbuka puasa ketika dia mengalahkan Nusantara (adil) dan ketika dia mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik aku berbuka (adil). ) memecahnya.”

Sumpah tersebut menimbulkan keributan di seluruh nusantara. Kehebohan ini tercatat dalam tulisan sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya “Tafsir Sejarah Nagarakretagama”. Pejabat kerajaan seperti Ra Kember, Ra Banyak, Jabung Tarewes dan Lembu Peteng bereaksi negatif.

Reaksi negatif para petinggi Kerajaan Majapahit menginginkan Gaja Mada karena tertawa. Analisa tersebut juga diperkuat oleh Muhammad Yamin dalam bukunya “Gajamada: Pahlawan Pemersatu Nusantara”.

Yamin dalam tulisannya mengatakan bahwa Gaja Mada meninggalkan Paseban dan melanjutkan perjalanan ke Batara Kahuripan di Tribhuana Tungadevi. Mahapati merasakan kepedihan karena harus menghadapi rintangan dari petinggi kerajaan untuk memenuhi sumpahnya.

Berbagai konspirasi politik yang dilandasi rasa tidak suka dan iri hati berdampak pada internal Kerajaan Majapahit, terutama di kalangan pejabat tinggi kerajaan.

Meski Arya Tada yang membantu Gajamadan dalam perjalanannya, ternyata Arya Tada juga ikut tertawa mendengar sumpah Mahapati.

Slamet Mujana dalam tulisannya menyatakan bahwa Arya Tadah atau Empu Cruz sebenarnya iri dengan Gaja Mada karena tidak ingin menggantikan Gaja Mada dengan jabatan Mahapati kerajaan Majapahit.

Di tengah badai manuver politik para petinggi Kerajaan Majapahit, Gaja Mada mulai berusaha mewujudkan sumpahnya untuk mempersatukan nusantara. Upaya ini dilakukan dalam kurun waktu 21 tahun yaitu tahun 1336-1357 Masehi.

Upaya pemersatu nusantara dilakukan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di luar kekuasaan Majapahit, seperti Gurun (Lombok), Seram, Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatera Utara), Pahang (Maleia), Dompo, Bali, Sunda dan Palambang. (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura). Dalam Puppu 13 dan 14 kitab Nagarkretagama, nama-nama kerajaan yang ditaklukkan lebih banyak dari yang disebutkan dalam sumpah.

Ketika raja Majapahit berganti dari Tribhuvanatungadevi menjadi Raja Hayam Wuruk (1350-1389), Gaja Mada terus menaklukkan kerajaan-kerajaan di luar Majapahit untuk memenuhi Sumpah Palapa.

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Gajamada menaklukkan kerajaan-kerajaan di wilayah timur seperti Sukun, Talywung, Logja, Gurun, Sapi, Gunungapi, Serum, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Kancing, Bangai, Kunir, Galian, Salai dan seterusnya lebih lanjut. Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Vandan (Banda), Ambon, Timor, Dompo, Wanin, Seran.

Sumber:

– Buku Kisah Cinta Gaja Mada Grasta Byudhi Cetakan Pertama 2015.

– Wikipedia dan diolah dari berbagai sumber.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours