Kisah Faiq wujudkan mimpi anak Krui jadi peselancar profesional

Estimated read time 6 min read

Bandarlambung (ANTARAG) – Perjalanan dari Kota Bandarlambung menuju Krui, pusat Kabupaten Besisir Barat, melalui jalan berkelok-kelok melewati kawasan taman nasional yang terkadang disambut kera yang meminta makanan kepada pengguna jalan, memakan waktu sekitar tujuh jam.

Situasi yang terkadang ditandai dengan hilangnya sinyal ponsel ini menjadi pengalaman seru, sebelum ia bertemu dengan Faiq Mohammed, pemuda kelahiran Krouye tahun 1995, yang melanjutkan upayanya untuk mewujudkan impian anak-anak keluarganya untuk menjadi profesional. peselancar. Kisah inspiratif pemuda asal Lampung ini membantu mengembangkan potensi anak-anak desa Krui menjadi peselancar dimulai empat tahun lalu, tepatnya pada tahun 2020.

Semua upaya tersebut ia lakukan tanpa keahlian selancar apa pun, dan hanya mengandalkan selancar semasa kecil di kampung halamannya. Pasalnya, semasa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas (SMA) ia berpindah kampung halaman ke Bandarlampung dan kemudian melanjutkan pendidikan tinggi kulinernya di Bandung, Jawa Barat.

Dia kemudian tinggal di Bali selama empat tahun dan bekerja sebagai juru masak. Saat ia menekuni profesinya, sebelum terjun ke dunia selancar, gambaran Kroy yang menaklukkan ombak liar dan kecintaannya pada selancar memenuhi benak pemuda jangkung ini.

Keputusan besar itu nyatanya diambilnya, meski sempat merasa ragu untuk melepaskan kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya bekerja di restoran ternama dan bergengsi di Kanada. Ia percaya bahwa mengesampingkan mimpinya sendiri untuk mewujudkan impian murid-muridnya adalah sebuah anugerah dan tujuan hidupnya.

“Saya seorang anak kota, saya biasa menilai orang dari pakaiannya yang mahal, jumlah uang yang mereka keluarkan, dan kemampuan membeli secara impulsif. Dan di sini saya menyadari bahwa ini bukanlah tujuan hidup yang saya cari, melainkan perkembangan selancar,” katanya kepada Antara. “Meski selancar tidak menghasilkan apa-apa secara finansial, namun kepuasan batin melihat adik-adik maju ke kejuaraan nasional membuat saya tetap termotivasi.”

Keputusan besarnya diambil di masa pandemi COVID-19. Saat ini Pulau Dewata sedang sepi dan bisnis tidak berjalan baik. Situasi ini menjadi saat yang tepat bagi Faiq untuk kembali ke kampung halamannya di Krui, Distrik Besser Barat.

Menurut perhitungan alam semesta, kembalinya dia ke Krui mempertemukannya kembali dengan seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang berteman dengan ombak di tengah lautan. Karena anak laki-laki tersebut tidak memiliki teman sebaya karena stigma negatif tidak dapat membaca dengan lancar di usianya, anak gelombang tersebut menghabiskan banyak waktu bersama ombak.

Jenny Black Mamba, julukan unik untuk gadis berkulit gelap yang terbakar sinar matahari. Bocah mungil ini tahu cara berselancar dengan ringan. Selain itu ada Diya, gadis yang juga dikenalkan dengan ombak di daerah tersebut, menjadi titik balik kehidupan Faiq untuk mengembangkan selancar di kampung halamannya.

Potensi pengembangan selancar di daerahnya ia temukan ketika mendengar banyak cerita dan impian anak-anak laut yang kini menjadi calon atlet selancar Pantai Barat.

Bagi anak-anak muda di Krui, selancar bukan sekadar olah raga, melainkan sebuah awal kehidupan yang mengubah sudut hidup mereka. Ada di antara mereka yang berasal dari keluarga sumbang, memiliki sosok ayah sejak kecil, tidak bersekolah, dan menjadi korban perundungan. Berselancar menjadi jalan keluar mereka dari masalah ini, dari dikritik dan tidak punya teman, dan kini mereka menjadi panutan bagi semua orang. Semua orang ingin berteman dengan mereka yang sebelumnya diremehkan. . Chaldera, atlet selancar muda asal Krui, Kecamatan Besser Barat, yang menorehkan prestasi. Antara/Ruth Intan Suzumita Kanavi. Faiq bertekad mengembangkan bakat atlet selancar lokal di Kruy dengan menggunakan dana pribadi.

Uang tersebut berasal dari 60% keuntungan Faiq dari menjalankan kafe di tempat-tempat wisata lokal. Dan kini upaya mereka dalam mengembangkan potensi anak semakin meningkat, karena banyak sekali sponsor dari brand lokal hingga brand ternama dari Eropa dan Amerika yang membiayai pelatihan atlet anak-anak di Krewe, misalnya mensponsori papan selancar yang biayanya berkisar antara 8 dan 10 rupiah Indonesia. Jutaan per unit, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Saat ini terdapat 25 anak asal Pantai Barat yang diawasi secara aktif untuk memperdalam kemampuan selancarnya untuk persiapan kompetisi.

Usia termuda untuk persiapan lomba adalah Jenny (12 tahun) dan tertua adalah Supari (21 tahun). Ada tiga peselancar, Chaldera, Diya, dan Lala yang tengah bersiap mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) kategori longboard.

Selain 25 anak yang sudah mengembangkan kemampuan selancarnya hingga tingkat profesional, masih ada anak lainnya yang masih dalam proses, mulai dari usia 7 tahun. Mereka sekarang berlatih keras di papan selancar yang digunakan oleh anak-anak yang lebih besar karena keterbatasan keuangan dari klub selancar setempat.

Banyak prestasi yang diraih oleh talenta selancar muda lokal asal Pantai Barat ini. Board Rider Surf Club Tanjung Setia berhasil menjadi juara mutlak Kejuaraan Sumatra Series.

Peselancar cilik Chaldera menempati posisi pertama pada kompetisi di Padang, Kaur dan Liga Selancar Indonesia. Anak-anak lainnya juga berhasil menjuarai berbagai kejuaraan di berbagai kompetisi selancar tingkat nasional dan daerah. Bahkan, atlet lokal bernama Junika akan dikirim ke Bali untuk menambah jam terbang dengan mengikuti berbagai kompetisi.

Kategori selancar sebenarnya ada dua, yaitu kompetisi yang banyak atlet muda putra seperti Supari, dan putri Shalidhara dan Diya.

Sedangkan untuk pemain ski gaya bebas, yakni untuk kebutuhan fotografi dan video, semua atlet ultra terlatih bisa melakukannya. Mereka juga rutin mengikuti turnamen sehingga melatih mental dan tidak minder atau malu bertanding, meski menggunakan papan selancar yang tidak sebagus papan selancar anak lainnya.

Agar talenta dan talenta para atlet selancar di Lampung atau Sumatera semakin meningkat dan dapat meraih prestasi yang maksimal, maka perlu diadakan kegiatan selancar secara rutin setiap bulannya untuk mengasah kemampuan para atlet muda. Seorang atlet selancar muda di Krui, Provinsi Bessesire Barat, bersiap untuk berselancar. Antara/Ruth Intan Suzumita Kanavi. Kisah sukses atlet selancar ternama salah satunya terlihat pada sosok Nyssa Awalia Chaldera, seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memasuki bangku SMA pada tahun ini. Dia adalah salah satu peselancar terbaik yang pernah ada.

Gadis berpenampilan ramah dengan rambut bergelombang ini mengatakan, ketertarikannya terhadap selancar dimulai sejak ia masih kecil, karena orang tuanya adalah penduduk asli Pulau Pisang dan akrab dengan pecahnya ombak di perairan Pantai Barat.

Pada Kejuaraan Selancar Internasional WSL Krui Pro 2024 yang diikuti oleh 265 atlet profesional dari 20 negara, Dira yang akrab disapa Shaldira bersama atlet Krui lainnya berkesempatan mengikuti kategori profesional QS 5000 melalui skema wild card. .

Meski hanya mampu lolos ke babak perempat final kategori Junior Pro, namun hal itu tidak menghalanginya untuk terus meraih prestasi di turnamen selancar lainnya.

Konsisten dan disiplin dalam membagi waktu sekolah, bersosialisasi dengan teman sebaya dan berlatih bersama anak-anak lain di klub selancar setiap hari menunjukkan bahwa keseriusan talenta selancar muda di Pantai Barat tidak bisa dianggap remeh.

Kemungkinan ini disambut positif oleh pemerintah, khususnya pemerintah pusat, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Manpora), yang mengintegrasikan program kejuaraan selancar ke dalam event nasional, selain mendukung pembangunan pusat selancar, sebagai pusat hiburan. . Tempat atlet lokal di Krui, distrik Bessesire Barat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours