Kisah Hayam Wuruk dan Sistem Pungutan Pajak di Majapahit

Estimated read time 3 min read

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaannya berkat sistem perpajakan yang efisien dan terstruktur. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara, selain sumber daya alam yang melimpah.

Pada saat itu lebih banyak bea dan pajak yang harus dibayar. Hayam Vuruk mendirikan dana pensiun anak sungai dari struktur daerah di bawah kekuasaan Majapahit. Struktur pemerintahan dibentuk sedemikian rupa, struktur birokrasi tercipta dengan baik pada saat itu.

Raja, yang dianggap sebagai inkarnasi Tuhan, memiliki otoritas tertinggi di negara bagian. Sebagai kepala pemerintahan, raja Mayapahit bergelar Bhatara Prabhu (Bhre Prabhu) atau Sri Maharaja.

Seperti dalam buku “Mahapatih Gaya Gayah Mada Hitam Putih” karya Sri Vintala Ahmad, pejabat utama di bawah raja adalah Mahapatih Amangkubumi yang tugasnya mengeluarkan perintah atau memberi arahan bagi penyelenggaraan negara di daerah atau wilayah bawahannya. . Kakawin Negarakertagama meriwayatkan bahwa para kepala negara bawahan dan para pembesar lainnya berkumpul di Kepatihan Majapahit di bawah pimpinan Mahapatih Amangkubumi Gayah Mada.

Di bawah Raja Khayam Vuruk terdapat beberapa raja daerah yang disebut Paduka Bhatara. Pada umumnya saudara atau kerabat raja, yang memungut pajak kantor kerajaan, pajak yang harus dibayar, membela kerajaan di perbatasannya.

Prasasti Wingun Pithu menyatakan bahwa kerajaan Mayapahit terbagi menjadi 14 wilayah bawahan yang diklaim dengan beberapa gelar Bhre. Daerah bawahan Dakha ini dipimpin oleh Bhre Dakha yaitu Diya Viyat Sri Rajadevi, junior Tribhuvana Tungadevi, ibu dari Khayam Vuruk, Wenger dipimpin oleh Raja Vijayarajasa, Matahun Raja Rajasavardhana.

Kemudian yang keempat yaitu Lasem dipimpin oleh Bhre Lasem, Payang dipimpin oleh Bhre Payang Paguhan, Raja Singhawardana, Kahuripan dipimpin oleh Puteri Khayam Vuruk Tribhuvana Tungadevi.

Kemudian yang ketujuh adalah Singasari, dipimpin oleh Kertavardhana, ayah Raja Khayam Vuruk, Mataram, dipimpin oleh Bhre Mataram, Vikramavardhana, cucu Khayam Vuruk, Virabhumi, dipimpin oleh Bhre Virabhumi putra Khayam Vuruk, dan mempelai wanita; Pavanuhan, putri Suravarhani akan melanjutkan. Tiga wilayah yaitu Jagaraga, Kabalan dan Singapura.

Lima wilayah menurut kiblat yaitu utara, timur, selatan, barat dan tengah disebut Mankanegara, dipimpin oleh penerjemah Pangalasan yang bergelar Rakryan. Raja dan juru pangalasan merupakan pejabat yang bertanggung jawab, namun dalam pemerintahan kekuasaannya berada di tangan. Di pemerintahan pusat seluruh jabatan Mahapatih Amangkubumi yaitu Gayah Mada, Demung, Kanuruhan, Rangga dan Tumengung.

Kewajiban utama daerah bawahan hanya menyerahkan upeti tahunan dan menghadap raja pada waktu yang ditentukan sebagai tanda kesetiaan dan pengakuan terhadap kekuasaan Majapahit. Sedangkan Majapahit menguasai kerajaan yang luas, memiliki armada terbesar dan ditakuti oleh negara lain.

Armada tersebut terletak di Lautan Teduh atau Samudera Pasifik dan di pesisir utara Pulau Jawa. Selain itu Mayapahit juga menjalin persahabatan dengan negara tetangga yang disebut Mitrekasatha.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours