Kisah Jenderal Ryamizard Ryacudu Taklukkan Cinta Putri sang Panglima di Tengah Medan Perang

Estimated read time 3 min read

Seperti perang, cinta membutuhkan strategi. Tidak ada serangan membabi buta, hanya menunggu saat yang tepat untuk meluluhkan hati idola Anda. Itulah kisah cinta Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu yang berhasil merebut hati Nora Tristyana, wanita yang kemudian menjadi pendamping hidupnya.

Ryamizard pertama kali bertemu Nora di Dili, Timor-Leste pada tahun 1986. Saat itu, Ryamizard sedang melakukan tugas militer, sedangkan Nora, yang akrab disapa Nonong, sedang melakukan pekerjaan medis PTT dalam konflik regional. Ryamizard, yang saat itu menjabat sebagai wakil komandan batalion, tertarik dengan kehadiran Nora. Namun, layaknya prajurit yang disiplin, Ryamizard menyembunyikan perasaannya dan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

“Saya kenal Nonong saat bertugas di Timor Timur,” kata Ryamizard mengenang masa itu. Meski hatinya tertarik, Ryamizard tetap fokus menunaikan tugasnya sebagai prajurit yang berdedikasi. Namun, wajah cantik Nora selalu menghiasi pikirannya. Diam-diam, Ryamizard mengumpulkan informasi tentang wanita yang dicintainya dan menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Kesempatan datang pada tahun 1987, ketika tugas Nora di PTT berakhir dan ia harus kembali ke Jakarta. Ryamizard merasa inilah saat yang tepat untuk menyatakan cintanya. Dengan keberanian seorang prajurit, Ryamizard akhirnya mengungkapkan perasaannya, “Aku menyukaimu. Kamu mau menerimaku atau tidak?”

Tampaknya sentimen itu berbalas. Nora yang kali ini terdiam juga merasakan hal yang sama. Tanpa ragu, dia mengangguk dan menerima cinta Ryamizard. Sejak itu, mereka menjalin hubungan, meski harus berpisah karena tanggung jawab. Komunikasi mereka dilanjutkan dengan surat cinta yang dikirimkan dari medan perang.

Sebagai seorang prajurit, Ryamizard sadar betul akan tanggung jawab yang diembannya. Ia pun memberanikan diri mengunjungi rumah Nora yang merupakan putri Jenderal Try Sutrisno, pimpinan ABRI saat itu. Meski merasa gugup, Ryamizard mendapat sambutan hangat dari Panglima yang memberikan restunya.

Mereka akhirnya menikah pada November 1988, dalam sebuah upacara yang digelar di Balai Kartini, Jakarta. Namun, layaknya seorang prajurit sejati, Ryamizard tak punya waktu untuk berbulan madu. Usai pernikahan, ia langsung melanjutkan studi di Seskoad Bandung, meninggalkan Nora untuk tinggal bersama neneknya di Jakarta.

Meski kehidupan pernikahan mereka diawali dengan tantangan, Nora adalah wanita yang paham dengan dunia militer. Ia memahami sifat keras kepala Ryamizard yang dilatih oleh ayahnya, Jenderal TNI Musannif Ryacudu. Nora menerima ini dengan penuh pengertian dan mereka membangun keluarga yang bersatu.

Ryamizard dan Nora memiliki tiga orang putra: Ryano Patria Amanzita, Dwinanda Patria Noryanzha, dan Trynand Patria Nugraha. Ketiga putranya diberi nama Patria untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Ryamizard selalu dekat dengan keluarganya, meski di tengah kesibukannya sebagai tentara.

Kisah cinta yang dimulai di medan perang ini tak hanya memperkokoh kehidupan pribadi Ryamizard, tapi juga menunjang kariernya di dunia militer dan politik. Ryamizard sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia (KSAD) dan Menteri Pertahanan di bawah Presiden Jokowi.

Saat ini, Ryamizard menikmati masa pensiunnya dengan melakukan berbagai bakti sosial dan sesekali menjadi pembicara di seminar-seminar politik dan etnis. Kecintaannya pada Nora yang tumbuh di tengah peperangan tetap menjadi andalan hidupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours