Kisah Laksamana Cheng Ho, Penjelajah Muslim China yang Bebaskan Nusantara dari Perampok Hokkian

Estimated read time 2 min read

Laksamana Cheng Ho terkenal sebagai penjelajah Tiongkok yang tiba di nusantara dan masuk Islam. Cheng Ho konon mulai menjelajahi negara lain pada awal abad ke-15 pada masa pemerintahan Kaisar Raja Kulamin Yung-lo.

Pada waktu itu, Cheng Ho menemukan pedagang Cina di berbagai pelabuhan yang ia kunjungi di Asia Tenggara. Selain berdagang, Cheng Ho konon berhasil membebaskan Palembang dan sebagian besar kepulauan Hokkien dari bajak laut Hokkien.

Di sana, Laksamana Cheng Ho mendirikan komunitas Islam Tionghoa pertama di nusantara. Cheng Ho juga mendirikan komunitas Tionghoa di Sambas.

Menurut sejarawan Prof. Slamet Muljana yang menulis “Jatuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Bangkitnya Kerajaan Islam di Nusantara”, sebelum ekspedisi Kaisar Yung-lo yang dipimpin oleh Cheng Ho, terdapat orang Tionghoa di Palembang dan Sambas; Penduduk asli yang menetap di sana

Pada tahun 1405, di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho, ia singgah di pelabuhan Samudera Pasai. Laksamana Cheng Ho bertemu dengan Sultan Samudera Pasai, Zainal Abidin Bahian Syah. Kedatangan Cheng Ho di Samudera Pasai dimaksudkan untuk menjalin hubungan politik dan perdagangan.

Nama Zainal Abidin Bahian Syah disebutkan dalam catatan Tiongkok tentang Raja Ming sebagai Tsai Nu Lia Pie Ting Kie. Menariknya, setelah terjalinnya hubungan baik antara Tiongkok dan Samudera Pasai, semakin banyak pedagang Tiongkok yang datang ke Pasai.

Pada masa ini orang-orang Tionghoa sedang masuk Islam, menikahi perempuan-perempuan laut dan menetap di sana, sehingga terjadilah percampuran darah Tionghoa di sana. Keturunan mereka tinggal di daerah Kroceng Pirak dekat Lho Sukon. Hal ini dapat ditemukan di desa-desa mereka di Sungai Perak.

Nyatanya, Sebelum abad ke-19, masyarakat Tionghoa hanyalah laki-laki. Di tempat-tempat baru yang mereka kunjungi, para imigran Tionghoa ini menikah dengan perempuan lokal atau berpapasan dengan perempuan Tionghoa. Dengan kata lain, perempuan Tionghoa lahir dari perkawinan antara laki-laki Tionghoa dan perempuan pribumi.

Baru pada saat itulah migrasi perempuan Tionghoa ke Asia Tenggara dimulai pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20. Imigrasi perempuan Tiongkok terkait dengan kemudahan penggunaan kapal dan rendahnya biaya transportasi. Sejak itu, imigrasi pria dan wanita Tiongkok meningkat secara signifikan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours