Kisah Letnan Komarudin, Prajurit Legendaris TNI Kebal Peluru dan Suntikan

Estimated read time 2 min read

Letnan Komarudin adalah prajurit TNI yang terkenal dengan keterampilan luar biasa dan kebal terhadap peluru dan suntikan. Beliau adalah prajurit kebanggaan Indonesia yang mempunyai kesaktian.

Komarudin menjadi terkenal ketika para prajuritnya berlindung di balik tubuh antipelurunya ketika terkena peluru tentara Belanda. Keberanian dan kebal Komarudin menjadikannya sosok yang disegani dan dihargai banyak prajurit.

Komarudin mempunyai peranan penting dalam penyerangan umum tanggal 1 Maret 1949. Meski salah tanggal, keberanian Komarudin dan pasukannya dalam penyerangan ke barak Belanda termasuk salah satu yang terpenting, karena penyerangan dilakukan sehari sebelumnya. . Alasan mengapa Belanda lengah.

Serangan ini menunjukkan keberanian dan strategi berani Komarudin dan pasukannya. Menurut berbagai sumber, nama asli Komarudin adalah Eli Yakim Tenivut dan lahir di Desa Ohoidertutu, Maluku Tenggara.

Ia merupakan keturunan Kiai sakti ulama Abdur Rahman (Mbah Tanjung) dan panglima perang Pangeran Diponegoro Bantengwareng. Latar belakang ini membuat banyak orang percaya bahwa kekebalan Komarudin terhadap senjata adalah warisan nenek moyangnya.

Komarudin kerap memimpin serangan yang mengguncang pertahanan Belanda di Yogyakarta. Karena kebal peluru, ia dan pasukannya mampu mengatasi sergapan Belanda tanpa terluka.

Keberanian dan ketenangan Komarudin dalam melawan musuh menjadikannya sosok yang ditakuti di kalangan tentara Belanda. Sepeninggal Jenderal Sudirman, karier militer Komarudin terpuruk akibat dugaan keterlibatannya dalam gerakan DI/TII.

Meski tuduhan itu tak terbukti, kariernya kembali gagal bersinar. Namun, reputasi baiknya kemudian dipulihkan. Setelah keluar dari militer, Komarudin hidup sebagai bandit yang disegani di Kotageda dan kemudian di Jakarta.

Ia dianggap sebagai preman yang baik hati dan kebal terhadap tembakan. Kehadirannya di Jakarta kabarnya diketahui Presiden Soeharto yang memberikan jatah beras bulanan kepada Komarudin.

Pada tahun 1972 Komarudin kembali ke Kotagede dan segera jatuh sakit. Meski sudah dirawat, suntikan itu tidak berpengaruh padanya karena kekebalannya. Komarudin meninggal pada tahun 1973 dan dimakamkan secara militer di Yogyakarta.

Namanya masih dikenang hingga kini, salah satunya Masjid Al-Komarudin di Sleman. Ada versi lain bahwa Komarudin dan istrinya kembali ke kampung halamannya di Maluku Tenggara setelah keluar dari tentara.

Ia menolak ajakan mantan Presiden Soeharto untuk kembali ke Jakarta dan memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya di pedesaan. Letnan Komarudin adalah contoh nyata keberanian, dedikasi, dan kekuatan yang luar biasa.

Kisahnya akan selalu menjadi bagian penting dalam sejarah perjuangan Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours