Kisah Menjadi Entrepreneur: Menghadapi Kesendirian untuk Menemukan Kekuatan Diri

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Dalam dunia pertelevisian, kita kerap menyaksikan kesuksesan besar dan kehidupan mewah. Namun di balik gemerlapnya ada jalan panjang yang penuh kesepian dan kesulitan.

Operator tidak hanya menghadapi persaingan bisnis yang ketat, namun ia harus selalu berjuang secara mandiri untuk menyelesaikan setiap permasalahan.

Kehidupan seorang televangelist penuh dengan malam-malam panjang di tempat kerja, jauh dari keluarga dan teman. Anda harus membuat keputusan besar yang dapat mengubah arah bisnis Anda tanpa menjamin kesuksesan.

Bahkan ketika dikelilingi oleh kelompok dan staf, sering kali timbul rasa kesepian. Mereka sering merasa bersalah atas keputusan mereka.

Dampak Psikologis Televisi: Data dan Informasi Terkini

Kesuksesan wirausaha sering kali identik dengan kekayaan finansial, pertumbuhan bisnis, dan pengakuan masyarakat, yang sering kali dipandang sebagai pencapaian besar dan kebanggaan bagi setiap wirausaha. Namun pada kenyataannya, kisah sukses tersebut seringkali mengabaikan aspek lain yang kurang penting, seperti stres dan tekanan mental, yang dapat menghambat produktivitas wirausaha muda.

Menurut studi tahun 2023 yang diterbitkan di Small Business Economics, sekitar 72% wirausahawan melaporkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres kronis.

Laporan Harvard Business Review tahun itu menemukan bahwa wirausahawan lebih mungkin menderita depresi dibandingkan pekerja pada umumnya. Selain itu, data dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2023 menunjukkan bahwa wirausahawan memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, namun juga tingkat stres dan kecemasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan masyarakat umum.

Menjadi seorang wirausaha di usia muda bukanlah hal yang mudah, dan tidak jarang para wirausahawan mampu bertahan dalam memulai sebuah usaha. Selain itu, hal ini membuat pengusaha rentan terhadap stres dan masalah mental karena menghadapi berbagai sakit kepala yang berujung pada ketidakstabilan bisnis.

Stres dan kesepian: Sisi gelap pengusaha menghadapi tekanan psikologis

Mahasiswa DSC Season 14 Ria Andriana, pendiri Street Sushi Indonesia, menjelaskan sisi gelap yang dialaminya sebagai seorang wirausaha. Ia sering merasa kesepian dan stres serta terkadang ingin berhenti dari pekerjaannya.

“Menjadi seorang televangelist berarti Anda harus memikirkan segalanya sendiri, Anda harus memikirkan semuanya sendiri, itu benar-benar sepi dan penuh tekanan.”

Kecelakaan tak terduga terkadang terjadi dalam perjalanan bisnis. “Mall saya kebanjiran dan omzetnya nihil rupee padahal sewanya tetap. Kulkas kebanjiran dan kami tidak punya uang untuk beli yang baru, jadi kami mengeringkannya dengan pengering rambut,” kata Ria.

Menjadi seorang televangelist sering kali melibatkan situasi bertekanan tinggi. Banyak di antara mereka yang merasa kesepian karena tidak ada orang yang dapat berbagi beban dan kesulitannya. Tekanan untuk terus-menerus memperbaiki diri dan mencapai tujuan merupakan sebuah ekspektasi yang dapat menjadi sumber stres yang besar.

Ekosistem kewirausahaan menjadi sistem pendukung terciptanya wirausaha yang berkarakter kuat

Sebagai ekosistem kewirausahaan, Diplomat Success (DSC) terus memainkan peran yang konsisten dalam mendukung wirausaha untuk bertahan dalam ketidakpastian. Sejak didirikan pada tahun 2010, Diplomat Success tidak hanya berfokus pada kewirausahaan, namun juga menawarkan solusi bisnis untuk membantu wirausaha mengelola stres dan dampak psikologis melalui program pelatihan, seminar, dan dukungan komunitas.

“DSC memahami bahwa musuh terbesar kita tidak datang dari luar, namun dari dalam. “Rasa takut gagal, putus asa, dan rasa ragu pada diri sendiri menjadi alasan para wirausaha gagal, sehingga DSC tidak mengabaikan kelemahan mental yang dihadapi wirausaha,” ujar Surjanto Apasaputera, Pendiri dan Dewan Direksi DSC.

Oleh karena itu, DSC memungkinkan setiap peserta untuk mengekspresikan perasaan, emosi, dan ketakutannya ketika menghadapi tantangan bisnis dan ketidakpastian di masa depan. Setiap program dirancang sebagai tempat pertemuan dimana peserta, mentor dan alumni dapat saling berbagi dan mendengarkan. Dengan cara ini, kami berharap setiap peserta merasa didukung dan menjadi bagian dari komunitas yang saling mendukung.

Dengan bergabung dan berkolaborasi dengan ekosistem teknologi, banyak wirausahawan yang menunjukkan kelebihannya. Mereka belajar mandiri, mengandalkan diri sendiri, dan terus maju meski menghadapi rintangan. Kesendirian ini mengajarkan Anda untuk menemukan solusi kreatif dan inovatif serta membangun ketahanan mental yang kuat.

“Sejak bergabung dengan DSC dan menjadi bagian dari Diplomat Entrepreneur Network (DEN), saya menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan ingin mencoba banyak hal baru. Bertemu dengan begitu banyak peserta dan mentor memberi saya lebih banyak ruang untuk bercerita, mencurahkan, menyemangati dan memberdayakan satu sama lain. “Peluangnya juga lebih banyak melalui kolaborasi dan kemitraan dengan mentor dan alumni lainnya,” kata Ria Andriana.

Edric Chandra, pendiri program DSC, mengatakan penting bagi setiap pengusaha untuk mengenali sisi gelap kesuksesan, mengingatkan mereka bahwa kesuksesan tidak hanya tentang materi, tetapi juga bagaimana pengusaha dapat mengelola pengaruh psikologis dan emosional. .

“Hal ini mengingatkan kita bahwa kita tidak berjuang sendirian, bahwa kita semua menempuh jalan yang sama, menghadapi tantangan yang sama, dan menemukan cara untuk bertahan. “Di sinilah persoalan keberhasilan diplomasi menjadi penting,” kata Edric.

“Prestasi bukanlah tujuan akhir. Mengelola stres, merayakan kemenangan kecil, dan menjaga kesehatan mental adalah bagian penting dari perjalanan ini. “Melalui berbagai program, kemitraan, dan pendampingan, DSC berupaya menciptakan ekosistem yang mendukung keseimbangan emosional para wirausaha,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours