KKP kembangkan kerang coklat tingkatkan produksi budi daya lobster

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya melakukan inovasi dalam meningkatkan produksi lobster tradisional di Indonesia, salah satunya adalah pengembangan kerang coklat yang menjadi pakan udang.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Tradisional (DJBP) KKP Tb Haeru Rahayu, salah satu tantangan dalam budidaya udang adalah ketersediaan dan pasokan pangan, dan kerang menjadi salah satu penyebab utamanya.

“Kami terus berinovasi, yaitu menyediakan pakan lobster yang sama, baik kuantitas maupun kualitasnya, untuk menjaga produksi tetap tinggi,” kata Haeru dalam keterangannya di Jakarta, Aso, Minggu.

Menurutnya, pakan kerang terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi budidaya lobster, selain itu juga mengandung unsur hara dan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan lobster, sehingga produksi udang dapat diharapkan. juga meningkat.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB, lanjutnya, terus berupaya memperbarui teknologi budidaya untuk pengiriman pakan udang. Balai Perikanan Laut Tradisional (BPBL) Lombok telah berhasil melakukan uji coba teknologi penanaman dan pemeliharaan kerang coklat Mytilopsis adamsi.

Menurutnya, DJPB berupaya mengembangkan cumi coklat karena diyakini merupakan pangan yang enak dan bergizi. Alasan lainnya adalah kerang coklat tidak dimakan manusia.

“Dengan begitu kita bisa fokus pada pangan lobster, tidak ada lagi alasan terjadinya persaingan pangan antara manusia dengan lobster,” ujarnya.

Keunggulan lain dari kerang coklat adalah pertumbuhannya yang cepat dan mudah untuk dibudidayakan, imbuhnya dengan membeberkan banyak detail, bahwa kerang coklat sangat toleran terhadap salinitas sampai 15 – 25 ppt atau air susu.

Dikatakannya, kerang coklat sebaiknya dikembangkan di daerah yang dekat dengan tambak udang, karena pertumbuhannya sangat cepat, sehingga perlu dilakukan pengendalian dalam pengumpulan kerang coklat untuk pakan udang sebagai tanaman utama tambak coklat.

“Kami berharap melalui teknologi baru BPBL Lombok seperti budidaya kerang coklat sebagai pakan udang dapat berkontribusi pada peningkatan produksi udang sehingga Indonesia dapat menjadi produsen udang di dunia,” ujarnya.

Menurut Dirjen, Indonesia mungkin bisa menjadi produsen udang terbesar di dunia karena memiliki sumber benih udang (BBL) yang besar. Hasil penelitian menunjukkan hanya 0,01 persen lobster yang bertahan hidup di alam liar.

“Sangat penting jika sebuah benih bisa berubah menjadi udang yang baik. Oleh karena itu, kami berharap dapat memanfaatkan teknologi budidaya kerang coklat di BPBL Lombok di wilayah budidaya udang mulai dari penetasan, pembibitan hingga tambak udang,” ujarnya.

Sementara itu, Pakar Pangan BPBL Lombok, Bayu Priyambodo mengatakan budidaya cumi coklat sangat tepat untuk dijadikan pakan kebun udang di Lombok.

Menurutnya, budidaya penyu coklat sudah sangat berhasil dari segi pengobatan dan pemeliharaannya, dan tujuan utamanya adalah menjadikan penyu coklat sebagai salah satu makanan pokok udang dengan harapan dapat menjadi solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut. petambak udang. saat ini masih bergantung pada junk food.

Para petambak, lanjutnya, banyak menghadapi kendala dalam pemanfaatan sampah sebagai makanan udang, seperti pasokan yang tidak konsisten, persaingan sebagai sumber pangan manusia dan barang.

“Pengembangan budidaya cumi coklat akan selalu memberikan 100 persen pakan segar bagi udang yang kita budidayakan,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours