KLHK siap tingkatkan nilai ekspor produk kayu berkelanjutan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemenkeu) terus berupaya meningkatkan nilai ekspor hasil hutan yang diproduksi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Ristianto Pribadi, Direktur Pengolahan dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, Rabu, mengatakan kenaikan harga ekspor juga akan dibarengi dengan kenaikan harga di pasar dalam negeri untuk terus mempromosikan hasil hutan. di bawah. Produksi.

Pada pembukaan International Furniture Fair (IFMAC) & International Wood Machinery Fair (WOODMAC), beliau menyampaikan bahwa pengelolaan hutan lestari merupakan strategi nasional untuk memastikan hutan dapat menjadi sumber bahan baku pemenuhan kebutuhan produk kayu. dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

“Praktik pengelolaan hutan lestari memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan dalam rantai pasokan produk kayu bagi konsumen, oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan implementasi, pemantauan, efektivitas dan konservasi bahan baku”.

Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, pasar dunia semakin menuntut produk-produk berkelanjutan. Bisnis individu dan konsumen mendorong produk-produk yang transparan dan ramah lingkungan, sehingga manajemen rantai pasokan telah menjadi fokus pemantauan, termasuk produk kayu.

Oleh karena itu, kita semua harus bersinergi untuk memastikan bahan baku yang digunakan dalam industri ini berasal dari sumber yang legal dan dikelola secara berkelanjutan, kata Tito, sapaan akrab Risanto.

Ia menambahkan: Menanggapi kebutuhan pasar global, beliau menambahkan: Indonesia telah membentuk sistem verifikasi legalitas dan keberlanjutan (SVLK) untuk memastikan bahwa produk kayu yang dijual berasal dari sumber yang legal dan lestari, serta untuk memperbaiki hutan. pengelolaan. SVLK juga diakui oleh pasar dunia, termasuk Uni Eropa.

Berdasarkan data Satu Data PHL KLHK, nilai ekspor hasil hutan tahun 2024 hingga Agustus tercatat sebesar 8,22 miliar dolar AS. Produk kayu lapis menyumbang 17,75% menjadi 1,47 miliar dolar AS, disusul furnitur menyumbang 12,33% (1,01 miliar dolar AS) dan produk kayu menyumbang 6,8% (566,12 juta dolar).

Terkait penerapan IFMAC-WOODMAC, Tito melihat kegiatan ini merupakan peluang yang baik untuk mengeksplorasi teknologi dan inovasi untuk menciptakan hubungan antara kehutanan berkelanjutan dan industri pengolahan kayu.

Dia berkata: Mesin dan peralatan industri terbaru akan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku candi, menggunakan bahan ramah lingkungan, mengurangi limbah dan mengatasi perubahan cuaca.

IFMAC-WOODMAC diluncurkan oleh Direktur Kehutanan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Setia Diarta dan dihadiri juga oleh Presiden Asosiasi Industri Kayu (ISWA) Wiradadi Soeprayogo, Presiden Asosiasi Kayu Lapis Indonesia (Apkindo) Bambang Soepijanto, Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours