Korut-Korsel Memanas, dari Perang Balon hingga Lepaskan Tembakan

Estimated read time 3 min read

SEOUL – Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada Selasa (11/6/2024) bahwa pasukannya melepaskan tembakan peringatan setelah tentara Korea Utara sempat menerobos perbatasan.

Insiden tersebut memperdalam ketegangan antara kedua Korea setelah mereka terlibat dalam “perang balon” pekan lalu.

Pertama, aktivis di Korea Selatan meluncurkan balon dengan slogan anti-Kim Jong Un ke Korea Utara. Pyongyang membalas dengan meluncurkan balon sampah ke wilayah Korea Selatan.

“Beberapa tentara Korea Utara yang beroperasi di zona demiliterisasi di front tengah telah melintasi garis demarkasi militer,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, mengacu pada garis kendali perbatasan yang dijaga ketat antara kedua negara. Dua Korea.

“Setelah militer kami mengeluarkan siaran peringatan dan tembakan peringatan, mereka mundur ke utara,” lanjut Kepala Staf Gabungan, seraya menambahkan bahwa insiden itu terjadi pada 9 Juni, AFP melaporkan.

“Meskipun tentara Korea Utara mundur setelah tembakan peringatan kami, tidak ada aktivitas yang tidak biasa yang terlihat,” kata Kepala Staf Gabungan, seraya menambahkan bahwa militer Korea Selatan terus memantau pasukan di dekat perbatasan.

Ketegangan antara kedua Korea, yang secara teknis masih berperang sejak konflik tahun 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai, telah meningkat setelah sebelumnya mereda.

Pemerintah Korea Selatan bulan ini sepenuhnya menangguhkan pakta militer yang bertujuan mengurangi ketegangan pada tahun 2018 dan melanjutkan siaran propaganda melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan sebagai tanggapan terhadap masuknya balon-balon puing. Hal ini membuat marah Korea Utara dan memperingatkan Seoul bahwa hal itu sedang menciptakan “krisis baru”.

Militer Korea Selatan mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya telah mendeteksi tanda-tanda Korea Utara memasang pengeras suara sendiri.

Korea Utara telah menggunakan pengeras suara di sepanjang perbatasan sejak tahun 1960an, biasanya untuk menyiarkan pidato kepada keluarga Kim, namun berhenti menggunakannya pada tahun 2018 karena hubungan kedua negara memburuk.

Para ahli telah memperingatkan bahwa keputusan untuk membatalkan perjanjian tahun 2018 dan melanjutkan siaran melalui pengeras suara dapat menimbulkan konsekuensi serius.

Upaya propaganda timbal balik di masa lalu mempunyai konsekuensi nyata bagi hubungan antar-Korea.

Pada tahun 2020, Pyongyang menyerang pos-pos anti-Korea Utara, secara sepihak memutuskan semua hubungan militer dan politik resmi dengan Korea Selatan, dan meledakkan Kantor Penghubung Antar-Korea di perbatasannya.

Korea Utara juga sebelumnya mengancam akan melancarkan serangan artileri terhadap instalasi pengeras suara Korea Selatan.

Pada tahun 2018, di tengah membaiknya hubungan antar-Korea, para pemimpin kedua Korea sepakat untuk “penghentian total semua permusuhan,” termasuk penghentian penyebaran selebaran.

Parlemen Korea Selatan mengesahkan undang-undang pada tahun 2020 yang mengkriminalisasi pengiriman selebaran ke Korea Utara, namun para aktivis belum berhenti, dan Mahkamah Konstitusi membatalkan undang-undang tersebut tahun lalu karena membatasi kebebasan berpendapat.

Perjanjian tahun 2018 tersebut merupakan pencapaian bersejarah bagi mantan Presiden Moon Jae-in, yang telah berulang kali bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam upaya meningkatkan hubungan.

Mengabaikan kesepakatan itu juga akan memungkinkan Korea Selatan untuk melanjutkan latihan melintasi perbatasan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours