KPU Sumut Ajak Penyandang Disabilitas Ikut Serta dalam Pilgub 2024

Estimated read time 4 min read

Jakarta – Inilah profil pahlawan revolusi yang dihasut oleh G30S/PKI. Hari Suci Pancasila diperingati etap tanggal 1 Oktober, karena terada G30S/PKI para pahlawan revolusi. Artikel ini menampilkan profil para pahlawan revolusi, jadi pastikan untuk membacanya!

Profil Pahlawan G30S/PKI

1. Jenderal Ahmad Yani (almarhum)

Berdasarkan laporan Kemendikbud, Ahmad Yani berusia 43 tahun saat menjadi G30S PKI. Ahmad Yani adalah perwira senior TNI AD saat itu.

Lahir pada tanggal 19 Mei 1922 di Jenard, Purworejo. Semasa kecil, Ahmad Yani tinggal di Magelang dan tergabung dalam Persatuan Peta Nasional (PETA) di Bogor.

Setelah itu, karir Ahmad Yani semakin terpuruk. Ia terlibat dalam kekalahan PKI di Madiun tahun 1948, penyerangan tentara Belanda, dan penyerbuan DI/TII di Jawa. Pada tahun 1958, ia menjadi pemimpin operasi 17 Agustus di hutan PRRI di Padang, Sumatera. Ahmad Yani diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1962.

2. Wakil Jenderal (setelah mataman)

Suprapt 45 tahun saat G30S PKI tadira. Ia lahir pada tanggal 20 Juni 1920 di Purwokerto dan merupakan murid Akademi Militer Bandung yang diwajibkan oleh Jepang untuk datang ke Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan tentara Jepang di Cilacap. Ia kemudian bergabung dengan pasukan keamanan (TKR) di Purwokerto dan ikut serta dalam perang Ambarawa sebagai asisten General Manager Sudirman.

Karirnya terus diubah secara signifikan di ketentaaraan. Namun saat PKI meminta waktu 5 hari, Sprupt memberikan jawabannya. Kota ini juga diserang oleh pemberontak G30S PKI, bersama para pimpinan senior TNI AD lainnya.

3. Letnan Jenderal S. Perman (setelah meningah)

Salah satu pejuang berusia 47 tahun tewas dalam G30S PKI. Siswondo Perman lahir pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. Sekolah fokus pada masyarakat. Dikirim ke Jepang untuk meningkatkan popularitas Panggung Kenpei Kasha.

4. Letnan Jenderal (setelah mataman) M.T.

Pria yang akarb disapa Mas Tiltdarmo Hariono atau M.T. Hariono ini meningah dunia pada usia 41 tahun. Ia lahir pada tanggal 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur.

Sebelum masuk militer, M. T. Haryono, mahasiswa Universitas Ika (sekolah kedokteran) di Jakarta, direkrut oleh Jepang. M.T. Ia juga merupakan anggota delegasi militer Indonesia.

Ia kemudian menjadi atase Indonesia di Belanda (1950), Kepala Staf dan Wakil Menteri Kesehatan, serta Ketua Menteri Angkatan Bersenjata (1964).

5. Mayjen (anumerta) D. I. Pandjaitan

Donald Ignatius Pandjaitan, atau D.I. Pandjaitan, meninggal pada usia 40 tahun. Ia dilahirkan pada tanggal 9 Mei 1925 di Balige, Tapanuri. Pada masa pendudukan Jepang, ia melihat pelatihan militer.

Saat itu, dia sedang berada di Pekanbaru, Provinsi Riau untuk mawama ighie terjadi kerusuhan. Setelah Indonesia merdeka, D.I. Pandjaitan berperan penting dalam pembentukan TKR. Dia juga memiliki karir militer. Ketika menikah di penghujung hari, ia mendengar asisten profesor/pemimpin perang yang diberi tugas belajar di Amerika.

6. Walikota Jenderal (setelah mataman) Stoyo

Stoyo Siswomiharjo lahir pada tanggal 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Ketika dia meninggal, dia berusia 43 tahun. Setelah memproklamirkan kemerdekaan, ia bergabung dengan kantor polisi TKR dan akhirnya menjadi anggota gendarmerie.

Hal itu didengar oleh Asisten Kolonel Gatot Subroto yang kemudian menjadi Kapolres II Purworejo.

Karier saya terus berkembang. Pada tahun 1961, beliau debi tugas menjadi Kepala Inspektur Kehakiman/Bahasa Angkatan Darat. Tapi saya menentang format ke-5 yang saya korbankan dengan G30S PKI.

7. Brigjen Katamso (setelah mataman)

Pada pagi hari tanggal 5 Februari 1923, lahirlah Sragen di Jawa. Dia berusia 42 tahun. Pada masa pendudukan Jepang, ia mendapat pelatihan militer dari PETA di Bogor. Lalu, sendarian, Shodanco Peta beri tahu saya.

Setelah memproklamirkan kemerdekaan, bergabung dengan TKR, lalu menjadi TNI. Ia terus bertemu dengan tentara Indonesia. Pada tahun 1958, Katamuso dikirim ke Sumatera sebagai pemimpin Batalyon Kanama ke-17 untuk mengalahkan pemberontak PRRl.

8. Kapten Pierre Tendeant (meninggal)

Pierre Tandean kamu adalah seorang teman. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1939 dan meninggal pada usia 26 tahun. Pada tahun 1965, ia menjadi asisten Jenderal Nasution, Menteri Pertahanan dan Keamanan, dan menjadi panglima tentara. Pierre Tendeant ditangkap oleh pejuang G30S PKI saat sedang berlari siang. Ia pun mengaku sebagai A.H. Nasution.

9. AIP II (Postmortem) K.S.

Karel Sasuit Tubun lahir pada tanggal 14 Oktober 1928 di Tuar, Maluku Selatan. Dia meninggal pada usia 37 tahun. Pada awal pemberontakan G30S PKI termasuk salah satu dari tujuh serangan brutal.

K.S. saat itu dia adalah wali Muganga. Y. Raimena, bersebelahan dengan rumah Jenderal A. H. Nasution. K.S. Tubun yirkane kembali, tadida pertengkaran dan dia hanbangan.

10. Kolonel Sugiyono (purnawirawan)

Sugiyono lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta. Saya berumur 38 tahun. Pada masa pendudukan Jepang, Sugiyono diberi pelatihan militer oleh Tentara Nasional Indonesia (PETA). Kemudian Budanko dari Wonosari disingkirkan.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Sugiyono hendak meninggalkan Pekalongan, dan ditangkap oleh Kolem 072 di bawah pimpinan PKI. Di makam Kentungan, sebelah utara Yogyakarta, jenazah ditemukan pada 22 Oktober 1965. Kemudian dimakamkan di Semaki Intwari Yogyakarta.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours