Kronologi Lengkap Barang-barang Hasto dan Kusnadi Disita Penyidik KPK

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, Kusnadi membeberkan kronologi lengkap peristiwa penyitaan yang dilakukan penyidik ​​Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Rossa Purbo Bekti. Kejadian itu ia alami saat mendampingi Hasto saat menjalani pemeriksaan di KPK pada Senin, 10 Juni 2024.

Kusnadi membagikan kronologi tersebut dalam surat pernyataan bermaterai 10.000 dan tanda tangannya. Kusnadi mengatakan, pada 10 Juni 2024 sekitar pukul 10.40 WIB dirinya sedang merokok di halaman KPK.

Kemudian seseorang yang memakai kemeja putih, topi dan topeng memanggil. Orang itu berkata dia adalah “Tuan. dia dipanggil (panggilan Hasto) karena meminta ponsel.

“Saya langsung bereaksi dan menaiki tangga menuju lantai 2 Kantor KPK ditemani seseorang berbaju hitam dan bermasker hitam, sedangkan yang berbaju putih naik lift ke lantai 2. Lalu, saya tidak melakukannya. Tidak sampai di lantai 2, saya disuruh duduk menunggu sebentar, kata Kusnadi.

Di tempat itu, Kusnadi kembali bertemu dengan orang berkemeja putih itu dan memperkenalkan namanya, Pak Rossa. Kusnadi diminta Rossa masuk kamar dan langsung meminta ponsel Hasto. Saat itulah Kusnadi langsung memberikannya.

“Terus saya ditanya, ‘Hp Pak Hasto masih ada? Saya menjawab ‘tidak ada’ tapi dia memaksa saya membuka isi tas dengan nada keras dan marah,” ujarnya.

Begitu tas dibuka, ada telepon genggam dan langsung diambil, dan seluruh isi tas dikeluarkan. Lalu kata dia, Rossa berusaha menyita seluruh barang yang ada di dalam tas namun menolak.

Kusnadi menolak karena berisi uang yang akan digunakan untuk membayar tiket pesawat ke Ende. “Katanya ‘ini penggeledahan badan’ setelah semua barang dikeluarkan saya menunggu di pojok dan disuruh keluar dan menunggu di luar,” ujarnya.

Saat hendak berangkat, Kusnadi menemui Hasto dan menanyakan alasannya ada di sini. Ia pun menceritakan kepada Hasto bahwa tasnya dipegang Rossa.

Mendengar pengakuan tersebut, Hasto membela diri. Di sana, kata dia, terjadi perdebatan antara Hasto dan Rossa. Hasto protes karena dihadirkan tanpa surat panggilan dan pendampingan hukum.

Lalu Pak Rossa bilang ke Pak Hasto, ‘Kenapa kamu menyebalkan sekali,” kata Kusnadi sambil memperhatikan perbedaannya.

Kemudian Kus berkata: Hasto mencontohkan kepada Rossa bahwa 5 menit lagi Kusnadi harus turun mengambil tasnya dan tidak boleh ada penyitaan dan tas yang sudah dibongkar harus dikembalikan. Setelah itu, Kusnadi mengaku kembali diperiksa di dalam ruangan dan dimintai keterangan serta kartu identitas (KTP) miliknya.

Setelah itu, Kusnadi diperlihatkan name tag di bajunya yang bertuliskan “Prasetyo” oleh orang yang mendampinginya. Di kamar 36 lantai 2, Kusnadi mengaku Prasetyo sempat bertanya-tanya. Tak lama kemudian, Rossa kembali ke kamar untuk meminta dompet dan sakunya.

Rossa, katanya, mengira dia punya sesuatu. Kusnadi pun menunjukkan tidak ada apa-apa di kantongnya. Dalam kesempatan itu, Kusnadi juga menanyakan alasan penyitaan kepada Rossa yang memeriksa satu per satu isi tasnya.

Lalu Pak Rossa berkata, ‘Duduklah.’ “Kalau uang ini diambil, siapa yang bertanggung jawab membayar tiketnya?

Dalam kesempatan itu, Kusnadi mengeluhkan dirinya tidak menjadi saksi dalam penyidikan, namun barang tersebut tetap disita. Ia kemudian diminta memverifikasi kartu identitas sebagai pemegang barang.

Di dalam kamar, Rossa kembali bertanya pada Kusandi, bahkan menyebutnya sebagai orang idaman. Kusnadi mengaku saat ditanya soal Harun Masiku, ia mengaku tidak tahu.

“Dia sebenarnya bilang aku seperti temannya yang tidak punya pendapat, tapi aku seperti, ‘itu temanmu, aku bukan’,” kata Kus.

Dari Rossa, Kusnadi diproses kembali oleh Prasetyo untuk menyiapkan tanda terima barang bukti dan laporan penggeledahan badan/orang. Saat membuat berkas, Rossa kembali dan mengatakan akan dipanggil. Rossa pun mengirimkan pesan kepada Kusnadi.

“Jangan berbohong, jangan sembunyi-sembunyi, karena anda seorang muslim, anda tahu anda berbohong dalam Islam, lalu saya jawab: ‘Saya tahu pak, karena saya seorang muslim dan orang jawa, dimana jika anda bohong karma,'” Kus menirukan percakapannya. .

“Terus dia bilang, ‘Betul, kalau dipanggil jangan lari, kalau ada panggilan harus datang,’ lalu Pak Rossa berkata lagi, ‘Kapan kamu mau dipanggil?’ Lalu saya jawab, “Saya muslim, nanti saya berangkat Idul Fitri,” lanjutnya.

Kusnadi juga mengatakan pemeriksaan memakan waktu 3 jam, padahal Hasto meminta waktu pemeriksaan 5 menit. Kemudian setelah selesai ujian, Kusandi kembali ke kantor DPP PDIP.

Di sana, Hasto meminta buku catatan DPP. Kusnadi juga mengatakan, buku tersebut juga disita. Kusnadi mengatakan, Hasto tampak kaget saat mendengar jawabannya.

Saat itu, Kusnadi meyakini Hasto sudah mengetahui soal penyitaan aset tersebut. Ia kemudian segera menunjukkan kepada Hasto surat tanda terima barang bukti dan berita acara penggeledahan badan/orang.

“Lalu Anda bilang, ‘Ini melanggar hukum karena buku yang diambil paksa itu tentang rahasia partai dan kedaulatan partai,’ dan ketika Anda di kantor KPK, Anda hanya tahu telepon genggam Anda diambil. .” dia berkata.

“Dan kemudian saya cek suratnya, di bukti tanda terima tertulis nomor: STPBB/1284/DIK.01.05/23.06.2024, tanggal yang diketik salah, tanggal diketik di surat itu 23 April 2024,” ujarnya . berakhir

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours