KTNA ingatkan pentingnya cegah alih fungsi lahan demi pangan nasional

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Ketua Umum Kontak Petani-Nelayan Kunci Nasional (KTNA) Jenderal Yadi Sofyan Noor mengingatkan pentingnya mencegah alih fungsi lahan pertanian guna menjaga ketahanan dan swasembada pangan nasional.

Konvensi pertanahan merupakan ancaman nyata bagi produksi padi nasional di masa depan. Dalam pandangan KTNA, konversi lahan sangat merugikan keberlanjutan pertanian dan harus kita hentikan sekarang juga, kata Yadi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menurut Yadi, penggarapan lahan sawah produktif di bangunan lain harus segera dihentikan dengan mengambil langkah-langkah khusus sesuai UU tahun 2009. 41 undang-undang.

Menurut dia, alih fungsi lahan merupakan praktik pidana yang dapat diancam pidana berat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.

Dijelaskannya, KTNA saat ini terus mendukung upaya pemerintah mewujudkan swasembada dan menjadikan Indonesia sebagai keranjang pangan dunia. Dukungan tersebut meliputi penyelenggaraan program pemompaan, optimalisasi lahan basah, dan pemanfaatan 100 persen peningkatan alokasi pupuk bersubsidi.

“Kami bersyukur karena dengan dilaksanakannya program ini pertanian Indonesia tetap kuat di tengah dunia sedang mengalami kekeringan. Kami juga bersyukur menteri berhasil meningkatkan alokasi pupuk hingga 100 persen,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta para pemimpin daerah Indonesia memonitor segala bentuk praktik konversi lahan yang dapat menurunkan produksi beras nasional.

Ia ingin praktik tersebut mendapat ancaman serius dan benar-benar memberikan efek jera melalui mekanisme hukum yang tepat.

“Kepada saudara-saudara pimpinan daerah, tolong dorong kita untuk meningkatkan produksi padi kita agar sawah-sawah yang ada tidak teralihkan ke lahan lain karena akan menurunkan produksi negara,” ujarnya.

Tito juga meminta pemerintah daerah di seluruh Indonesia mendukung penuh upaya pemerintah mengembangkan sawah baru, seperti yang dilakukan Kementerian Pertanian di Kalimantan dan Merauk. Tindakan ini juga dapat dilakukan pada lahan lain yang belum dimanfaatkan.

Selain itu, Tito berharap para pemimpin daerah juga terus memperkuat program pemompaan sebagai solusi cepat mengatasi kemarau berkepanjangan yang saat ini sedang dilaksanakan Kementerian Pertanian.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, fokus pekerjaan yang diperlukan saat ini adalah pemompaan sebagai solusi cepat masa depan negara.

Pemerintah, kata Mentan, siap memasang 50 ribu di seluruh pusat.

“Kita punya solusi pemompaan cepat yang akan menjadi nafas kita dalam 3 bulan ke depan. Kita punya 50 ribu pompa yang harus kita distribusikan ke seluruh Indonesia dan akan dipimpin oleh pengelola wilayah seluruh Indonesia. Kalau yang terpasang di 75 ribu Musim kemarau depan insyaallah akan kita tangani,” ujarnya.

Mentan menambahkan, saat ini Pemerintah menargetkan 500.000 orang di Pulau Jawa. hektar lahan yang akan diairi dengan pemompaan. Setelah perhitungan detail di 500 ribu ini. 2,5 juta hektar bisa ditanam ton gabah dengan produksi rata-rata 5 ton per hektar.

“500 ribu ini, kalau produksinya 5 ton, maka kita dapat 2,5 juta ton. Artinya kita bisa memenuhi produksi ke depan. Oleh karena itu, pemompaan ke depan harus kita atasi,” kata Mentan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours