Kunjungi PT Citra Asia Raya, Waka BRIN Perkuat Riset Limbah Elektronika

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Wakil Presiden Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) prof. Amarula Octavian sedang melakukan kunjungan kerja ke PT. Pemandangan Asia Raya di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Dalam kunjungannya ke Wakil Presiden BRIN, 8 orang peneliti BRIN dari Badan Penelitian dan Produksi Energi diterima langsung oleh Dirjen Irvan dan jajaran Direksi.

Selama ini proses pengolahan sampah elektronik meliputi televisi, processor, server, laptop, tablet, handphone, dan lain-lain. Berbagai peralatan elektronik mengalami kerusakan ringan hingga berat, seperti Prosesnya diawali dengan pemisahan sampah elektronik menjadi komponen-komponennya untuk menghilangkan unsur logam, plastik, dan karet.

Saat ini unsur sampah karet dan plastik sudah bisa dijadikan produk turunan yang bermanfaat, sedangkan berbagai jenis unsur logam masih dilebur menjadi satu bahan campuran ingot. Proses pengolahan ini dinilai masih memiliki margin keuntungan yang terbatas jika diekspor.

Setelah berdiskusi dan observasi langsung terhadap seluruh peralatan, bahan baku, kualitas sumber daya manusia operator, kondisi lingkungan dan tingkat penguasaan teknologi, maka dirasa penting bagi BRIN untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna menciptakan teknologi yang mampu menghilangkan limbah logam. elemen. timbal, tembaga, aluminium, merkuri, arsenik, dll. menurut masing-masing jenis logam, misalnya Dengan inovasi baru ini, seluruh elemen besi tua akan lebih laku untuk didaur ulang.

Prof. Amarula Octavian meyakini hasil kunjungan studi tersebut juga bermanfaat bagi para peneliti BRIN yang melakukan penelitian mengenai teknologi pengelolaan limbah baterai litium. Dengan adanya program pemerintah yang mendorong penggunaan kendaraan listrik, diharapkan teknologi BRIN selanjutnya dapat mendaur ulang baterai lithium.

“Penelitian mengenai teknologi daur ulang limbah elektronik dapat dipastikan memiliki nilai strategis karena juga bertujuan untuk menjaga lingkungan, mengingat semua limbah elektronik mengandung zat berbahaya dan bahan beracun,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa (7/9). / 2024).

Prof. Amarula Octavian berpendapat, ke depan tidak hanya perlu mendaur ulang limbah baterai litium, namun juga menguasai teknologi daur ulang limbah panel surya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours