Kurasi PBJ dibutuhkan untuk pastikan paket pekerjaan terlaksana

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Inventarisasi dan penyedia jasa menjadi penting untuk memastikan paket pekerjaan yang diberikan Balai Pelaksana Seleksi Jasa Konstruksi (BP2JK) DKI Jakarta dikelola dengan baik.

Tugas kami mempersiapkan proses seleksi mulai dari persiapan hingga penandatanganan kontrak, kata Dekki Rahadian Firdiansyah, Kepala BP2JK DKI Jakarta di Jakarta.

Menurut dia, BP2JK DKI berkomitmen memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, khususnya penyedia barang dan jasa serta masyarakat yang memanfaatkannya.

Dia menjelaskan, PBJ yang mengikuti seleksi paket pekerjaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) harus melalui kurasi untuk memastikan menjadi yang terbaik.

Dan BP2JK bertanggung jawab dalam hal ini.

“Pengelolaan ini kami lakukan untuk mencari penyedia jasa berkualitas yang memenuhi syarat dan mampu melakukan pekerjaan tersebut,” ujarnya.

BP2JK DKI, soal akurasi kontraktor, kata Dekki, tidak selektif karena masing-masing dinilai akurasinya merupakan kontraktor yang layak dan masih memiliki kekurangan.

“PBJ terlebih dahulu mengajukan company profile dan kami cek apakah memenuhi persyaratan atau mengajukan tender,” ujarnya.

Decky mengatakan, seluruh proses tersebut dilakukan secara transparan tanpa menyembunyikan apa pun karena kontraktor dapat mengajukan tender melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

“Karena seluruh proses tender atau seleksi di Kementerian Pekerjaan Umum menggunakan SPSE,” ujarnya.

Pada tahun 2024 DKI Jakarta memiliki 21 paket pekerjaan yang mencakup seluruh tahapan PBJ untuk kontraktor kecil dan besar.

Menurut dia, 21 paket pekerjaan di Jakarta tersebut meliputi pembangunan gedung, prasarana olah raga, Rencana Pembangunan Saluran Air Limbah Jakarta (JSDP) dan pengendalian banjir serta rehabilitasi Sungai Silivung.

Decky mengatakan, ada pembatasan paket dari harga plafon. Di bawah Rp15 miliar untuk kontraktor kecil, di atas Rp15-50 miliar untuk kontraktor menengah, dan Rp50-100 miliar untuk kontraktor besar.

“Tapi tidak semua BUMN, karena BUMN harus Rp 100 miliar atau lebih. Di DKI ada 21 paket pekerjaan, 5 kontrak kecil, 4 kontrak menengah, dan 12 paket kontrak besar,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours