Lapangan Migas Raksasa Ini Segera Dikembangkan, Investasi Capai Rp280 Triliun

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyetujui rencana pengembangan lapangan pertama Lapangan Migas Geng Utara di Wilayah Kerja Kanal Utara dan Lapangan Gehem di Wilayah Kerja Ganal dan Wilayah Kerja Rapak (Utara). Proyek Pengembangan Hub Selat Makassar). SKK Migas no. SRT-0318/SKKIA0000/2024/ Surat Menteri ESDM menanggapi surat Ketua : T-351/MG.04/MEM.M/2024 POD Perihal Rekomendasi Pembangunan Proyek North Center S1 Pekerjaan Selat Makassar Wilayah kerjanya adalah Kanal Utara, Wilayah Kerja Kanal, dan Wilayah Kerja Rabak.

“Sebagai rencana strategis nasional hulu migas (PSN), disetujuinya POD lapangan pertama WK Geng Utara Ganal Utara dan Lapangan Gehem WK Ganal dan WK Rapak merupakan kado terbaik dalam rangka HUT RI ke-79. ,” kata SKK Migas Hudi de Suryothiburo. Kepala Program dan Komunikasi baru-baru ini mengatakan.

Menurutnya, pengembangan sektor tersebut akan menjadi tonggak penting bagi industri hulu migas dalam memperkuat perannya sebagai kontributor utama ketahanan energi Indonesia. Persetujuan POD proyek hulu migas PSN relatif cepat karena POD disetujui hanya dalam waktu 10 bulan sejak ditemukannya cadangan Geng Utara pada Oktober 2023.

“Ini sebagai upaya untuk meningkatkan produksi migas dan menerapkan strategi, artinya mengalihkan sumber daya ke produksi,” tegas Hudi.

Pemerintah berharap dengan disetujuinya POD Lapangan Pertama Geng Utara, WK Ganal Utara dan Lapangan Gehem, WK Ganal, dan WK Rapak akan semakin mendongkrak minat investasi di sektor hulu migas. Hudi mengatakan dengan disetujuinya POD ini, investasi besar akan masuk ke Indonesia.

Biaya investasi (tidak termasuk sunk cost) diperkirakan sebesar USD 11,847 juta dan biaya operasional (termasuk biaya ASR, PPN, dan PBB) diperkirakan sebesar USD 5,643 juta. Dengan demikian total investasi untuk mengembangkan sektor ini mencapai USD 17,490 juta atau sekitar Rp 280 triliun (kurs Rp 16.000 per USD). Sedangkan total sunk cost WK North Connell dan WK Rabac dipatok sebesar USD859 juta. “Investasi Rp 280 triliun pasti besar karena 2,5 kali lebih besar dibandingkan investasi kereta ekspres Jakarta-Bandung sebesar Rp 112 triliun,” ujarnya.

Sedangkan total potensi pendapatan (pendapatan kotor) pada sektor ini diperkirakan sekitar USD 39,457 juta atau setara Rp 631 triliun. Dari pendapatan tersebut, alokasi bagian pemerintah sebesar USD 12,993 juta atau Rp 208 triliun atau sekitar 31,5% dari total pendapatan. Bagian kontraktor sebesar USD 8.128 juta atau 19,7% dari total pendapatan, dan biaya cost recovery sebesar USD 18.336 juta atau sekitar 44,4%.

“SKK Migas akan melakukan pengawasan dan pengendalian semaksimal mungkin agar cost recovery lebih baik sehingga pendapatan negara meningkat,” kata Hudi.

Dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri, produksi dari sektor ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya industri dalam negeri yang membutuhkan gas khususnya di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Dengan begitu, nilai tambah yang didapat negara akan semakin meningkat.

Hudi, multiplier effect yang dihasilkan juga sangat besar karena tingginya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang rata-rata berkisar 58%. “Kami yakin industri dalam negeri dapat mempersiapkan diri dengan meningkatkan kapasitas produksinya sehingga ketika proyek beroperasi, produsen dalam negeri dapat menyediakan produk/jasa secara efisien,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours