Libya tidak dipaksa pihak luar untuk bekerja sama dengan Rusia

Estimated read time 2 min read

Benghazi, Libya (ANTARA) – Libya tidak berada di bawah tekanan eksternal terkait kerja sama ekonominya dengan Rusia atau negara lain yang terkena sanksi Barat, kata Menteri Perdagangan dan Ekonomi Pemerintah Persatuan Nasional Libya, Mohamed Al-Hwej, menentang Sputnik .

“Tidak ada tekanan khusus terhadap Libya yang bertujuan untuk menolak hubungan dengan Rusia atau negara lain,” kata Mohamed Al-Hwej.

Al-Hwej juga menekankan bahwa negaranya bekerja sama dengan semua pihak di semua sektor ekonomi untuk memastikan pembangunan berkelanjutan, dan memprioritaskan kepentingan politik dan ekonomi negara. Libya telah melakukan bisnis dengan Rusia di masa lalu dan terus bekerja sama hingga saat ini jika terdapat keuntungan dan kepentingan.

Libya sangat tertarik untuk membangun jalur kereta api, melakukan eksplorasi mineral dan memulai kembali semua proyek yang sebelumnya dibatalkan yang akan menguntungkan pembangunan ekonomi negaranya.

“Kami bekerja sama dengan Rusia sesuai dengan kepentingan ekonomi dan perdagangan kami, dan mencari cara untuk mengimplementasikan perjanjian antara Libya dan Rusia, termasuk yang terkait dengan impor gandum dan biji-bijian,” katanya.

Fragmentasi lembaga-lembaga negara dan ketidakstabilan adalah tantangan utama yang dihadapi perekonomian Libya, kata Al-Hwej, seraya menambahkan bahwa negara tersebut juga menderita karena ketergantungan pada minyak dan gas serta nilai tukar dinar yang tidak stabil dibandingkan mata uang lainnya.

Di antara masalah ekonomi lainnya, Libya juga menghadapi inflasi yang terus-menerus, lemahnya lembaga keuangan dan bank, dan tingginya biaya yang tidak terkait dengan kebijakan pembangunan, kata politisi tersebut.

Libya telah diperintah oleh pemerintah yang bersaing di barat dan timur sejak tahun 2014.

Pemerintah Persatuan Barat yang didukung PBB bermarkas di Tripoli, sedangkan wilayah timur diperintah oleh Pemerintah Stabilitas Nasional yang didukung militer.

Sedangkan bagian selatan negara itu berada di bawah kendali kelompok suku bersenjata.

Sumber: Sputnik-OANA

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours