LPEI ajukan penambahan PMN Rp10 triliun pada 2024

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mengumumkan akan mengucurkan tambahan Rp 10 triliun pada tahun 2024 untuk membangun kapasitas program Transfer Ekspor Swasta (PKE) dan menciptakan program-program baru yang dibutuhkan eksportir penyertaan modal keuangan (PMN). .

Oleh karena itu, usulan PMN Rp 10 triliun akan memperluas kapasitas lima program trade finance yang ada di sektor non-tradisional, usaha kecil dan menengah, peralatan transportasi, industri farmasi, peralatan medis, industri makanan, lepas pantai. program baru bernama industri, pinjaman, penjaminan, dan asuransi,” ujarnya.

Menurut dia, tambahan PMN khusus diperlukan karena Rp 8,7 triliun dari total PMN PKE yang ada telah dialokasikan untuk seluruh program PKE.

Berdasarkan riset LPEI, penambahan PMN khusus Rp 10 triliun antara tahun 2024 hingga 2028 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 593 miliar dengan internal rate of return (IRR) sebesar 6,95 persen dan akan membawa net present value (NPV) positif .

PMN menyampaikan bahwa PKE diperlukan karena Indonesia perlu memperbaiki dan meningkatkan daya saing produk luar negeri, eksportir membutuhkan biaya produksi yang rendah agar dapat bersaing secara global dengan menggunakan tarif PKE, kemudian menambahkan perlunya membuka program PKE terutama untuk negara-negara tradisional dan semua bidang strategis. Belum stabil, bank umum belum mendukung

LPEI mengumumkan untuk mengalokasikan Rp 10 triliun dari PMN PKE, akan ada 14 produk utama di 5 kawasan termasuk 113 negara, kementerian perindustrian dan kementerian, termasuk kementerian perdagangan dan luar negeri. BUMN melayani sektor-sektor strategis seperti pelayaran, perkeretaapian, manufaktur, farmasi, alat kesehatan, dan makanan olahan.

Berikutnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk ritel, restoran, dan industri kreatif, serta Kementerian Keuangan untuk penghematan devisa untuk program ketahanan pangan.

“Jadi dengan menggunakan Formula Dampak Pembangunan Nasional yang dikembangkan IPB (Balai Penelitian Pertanian Bogor), kami memperkirakan PMN PKE akan menghasilkan devisa senilai Rp 119 triliun antara tahun 2024 hingga 2028.”

Memanfaatkan kesempatan tersebut, PMN terhadap PKE menyebutkan berbagai alasan lain untuk membayar PMN 10 triliun.

Yang pertama adalah mengganti seluruh dewan direksi, direktur pelaksana, direktur eksekutif, dan eksekutif senior, yang banyak di antaranya adalah bankir profesional. Artinya Asset Quality Manager yang muncul antara tahun 2009 hingga 2018 tidak ada.

Kedua, dari tahun 2020 hingga Juni 2024, diperlukan 224 karyawan departemen dan tingkat bawah yang termasuk dalam program pengurangan jumlah karyawan (PHC) dan digantikan dengan bankir eksternal profesional.

Ketiga, tuntutan perdata dan pidana diajukan. Seperti diketahui, terkait persoalan utang tersebut, dua debitur, dua direktur LPEI, tiga kepala departemen, dan satu kepala departemen divonis hukuman penjara. Partai tersebut menekankan untuk mendukung lembaga penegak hukum dengan mengadili mereka yang terlibat.

Keempat, upaya pemulihan yang agresif dilakukan untuk mengatasi kualitas aset melalui mandat non-yudisial Jaksa Agung – Jaksa Agung Muda Bidang Administrasi dan Perdata Nasional (Jamdatun).

Lebih lanjut, dia mengatakan LPEI sudah memiliki strategi penanganan aset bermasalah yang terbagi dalam empat kelompok. Dimulai dari kelompok pertama, terdapat strategi mencari investor untuk 35 debitur dengan utang Rp 13,6 triliun, dan kelompok berikutnya memiliki aset untuk 165 debitur dengan strategi pemulihan tertinggi sebesar Rp 19,6 triliun. Ia menyasar 84 kreditur yang memiliki utang sebesar Rp16,5 triliun dan fokus pada litigasi terhadap 15 kreditor yang memiliki utang sebesar Rp6 triliun.

Perubahan portofolio, infrastruktur, mekanisme pengambilan keputusan komite dengan menggunakan prinsip 4 mata, pemantauan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penerapannya mulai tahun 2020 dan seterusnya akan berdampak positif pada kualitas aset dan sebagai dampaknya, kredit macet (NPL) ) rasionya adalah 0,00%.

Beliau mengatakan: “Strategi masa depan kami adalah fokus pada transformasi model bisnis kami di luar pemberian pinjaman seperti yang telah saya sebutkan, sehingga hal ini akan membantu usaha kecil dan menengah serta industri yang memberikan nilai tambah dan fokus pada keberlanjutan dampak pertumbuhan yang signifikan pada sektor ini.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours