Macron: Prancis tidak toleransi terulangnya serangan Israel ke UNIFIL

Estimated read time 2 min read

ANKARA dlbrw.com – Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (10 November) mengutuk serangan Israel terhadap misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).

“Benar-benar tidak dapat diterima bahwa pasukan UNIFIL dengan sengaja menjadi sasaran militer Israel. Kami mengutuk hal ini, kami tidak mentolerirnya dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi,” kata Presiden Macron pada konferensi pers bersama usai KTT Med9, aliansi UE yang terdiri dari sembilan negara Mediterania.

Pada Jumat pagi, pasukan Israel menembaki pos pengamatan UNIFIL di Nakura, Lebanon selatan.

Dua penjaga perdamaian dari kontingen Sri Lanka terluka dalam serangan itu, kata kantor berita Lebanon.

Dua pasukan penjaga perdamaian terluka dalam serangan yang sama pada Kamis (10/10).

Presiden Macron juga memperbarui seruannya untuk gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, yang menurutnya sangat diperlukan.

Ia juga menekankan pasokan senjata ke wilayah konflik harus dihentikan.

“Ini bukan seruan untuk melucuti senjata Israel, tapi seruan untuk mengakhiri semua ketidakstabilan di belahan dunia ini,” katanya.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez juga menyerukan gencatan senjata di Timur Tengah, dengan mengatakan serangan Israel tidak dapat diterima.

Menurutnya, UE harus meminta gencatan senjata pada pertemuan dewan berikutnya.

Sánchez juga mendukung seruan Macron untuk mengakhiri pengiriman senjata ke zona konflik.

Sementara itu, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menekankan bahwa negara-negara Uni Eropa harus memastikan bahwa Lebanon tidak menjadi ‘Gaza baru’.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga mengutuk serangan Israel terhadap UNIFIL.

Sesuai dengan negara-negara Mediterania lainnya, Perdana Menteri Malta Robert Abela menekankan kewajiban moral untuk mendukung solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian abadi dan rekonstruksi.

Dia menekankan komitmen Malta untuk mendorong diplomasi dan menyerukan komunitas internasional untuk mengambil tindakan nyata dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini.

Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon yang menargetkan kelompok Hizbullah.

Serangan Israel sejak 23 September telah menewaskan sedikitnya 1.351 orang, melukai lebih dari 3.800 orang, dan memaksa lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.

Serangan udara tersebut merupakan perluasan perang perbatasan antara Israel dan Hizbullah dalam setahun sejak Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza tahun lalu menyusul serangan kelompok Palestina Hamas yang menewaskan lebih dari 42.100 orang.

Meskipun terdapat peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza dan Lebanon, Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada tanggal 1 Oktober 2024, sehingga meningkatkan konflik.

Sumber: Anatolia

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours