Mahkluk Terakhir yang Hidup di Bumi, Ini Kandidatnya?

Estimated read time 3 min read

BERLIN – Menentukan hewan terakhir yang hidup di Bumi merupakan pertanyaan yang sulit dan spekulatif karena bergantung pada banyak faktor yang tidak diketahui.

Namun, berdasarkan pemahaman kita saat ini mengenai biologi dan kepunahan massal, beberapa kandidat yang mungkin muncul.

Makhluk mikroskopis ini juga dikenal sebagai “beruang air” karena ketahanannya yang luar biasa terhadap kondisi ekstrem. Mereka dapat bertahan hidup pada suhu panas dan dingin yang ekstrem, paparan radiasi yang berlebihan, dan dehidrasi yang berkepanjangan.

Kemampuan mereka untuk memasuki keadaan kriptobiotik, di mana metabolisme mereka hampir berhenti, memungkinkan mereka bertahan hidup selama bertahun-tahun bahkan tanpa makanan atau air.

Cacing nematoda: Makhluk kecil ini juga sangat tangguh dan dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk tanah, air tawar, dan air laut. Mereka mampu bertahan dalam kondisi yang keras seperti radiasi tinggi, suhu ekstrem, dan kekurangan makanan.

Kecoa: Serangga ini dikenal karena kemampuannya beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang merugikan. Mereka adalah omnivora dan dapat memakan berbagai macam makanan. Kecoak juga tahan terhadap radiasi dan diketahui dapat bertahan hidup dalam kecelakaan nuklir.

Penting untuk dicatat bahwa ini hanyalah beberapa contoh dan banyak hewan lain yang mungkin memiliki peluang untuk bertahan hidup di masa depan.

Bagaimanapun, mereka mungkin adalah hewan terakhir yang bertahan hidup di Bumi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan paling tidak rentan terhadap ancaman seperti kepunahan massal.

Selain faktor biologis, kejadian acak juga bisa berperan dalam menentukan siapa yang selamat terakhir.

Misalnya, sebuah asteroid yang menghantam bumi mungkin memusnahkan sebagian besar spesies, namun meninggalkan spesies yang kebetulan berada di tempat dan waktu yang tepat.

Oleh karena itu, sulit untuk memprediksi dengan pasti hewan mana yang akan menjadi yang terakhir di Bumi.

Namun, dengan melihat sejarah kehidupan di Bumi dan ancaman yang dihadapi saat ini, kita dapat membuat beberapa prediksi masuk akal tentang siapa yang memiliki peluang terbaik untuk bertahan hidup di masa depan.

======

250 Juta Tahun Lagi Keadaan Bumi Akan Sangat Mengerikan, Ini Faktanya

LONDON – Bumi telah mengalami transformasi luar biasa dalam 4,5 miliar tahun usianya. Dari pusaran magma cair yang mendingin hingga lempeng tektonik yang dihiasi benua super dan keanekaragaman hayati yang kaya.

Namun, meski usianya masih muda dalam skala kosmik, karena hanya sepertiga kehidupannya yang hilang, Bumi sepertinya tidak akan menawarkan masa depan cerah bagi manusia.

Penelitian terbaru yang menggunakan simulasi superkomputer untuk memprediksi iklim selama 250 juta tahun mendatang menunjukkan skenario yang menakutkan.

Di masa depan, Bumi akan kembali didominasi oleh benua super, dan sayangnya mamalia, termasuk manusia, diperkirakan tidak akan dapat hidup dalam kondisi tersebut.

“Masa depan terlihat sangat suram,” kata Alexander Farnsworth, peneliti senior di Institut Cabot untuk Lingkungan Universitas Bristol dan penulis utama studi tersebut.

“Kadar karbon dioksida bisa dua kali lipat dari level saat ini,” jelasnya.

Dia menambahkan: “Matahari diperkirakan memancarkan radiasi sekitar 2,5 persen lebih banyak. Seiring dengan terbentuknya benua super di daerah tropis yang panas dan lembab, sebagian besar planet ini kemungkinan memiliki suhu antara 40 dan 70°C (104 dan 158°F).”

Skenario ini memberikan gambaran suram tentang masa depan Bumi di mana manusia dan mamalia lain mungkin tidak akan mampu bertahan hidup. Peningkatan suhu global yang dramatis ditambah dengan kondisi ekstrem yang diciptakan oleh benua super membuat kelangsungan hidup menjadi mustahil.

Penelitian ini merupakan pengingat akan dampak aktivitas manusia terhadap planet ini. Meningkatnya emisi gas rumah kaca mendorong bumi menuju masa depan yang tidak ramah terhadap kehidupan.

Mengubah arah dan mengurangi emisi karbon secara drastis adalah satu-satunya harapan untuk mencegah skenario bencana ini menjadi kenyataan.

Masa depan bumi masih belum pasti, namun penelitian ini memberikan gambaran yang jelas mengenai konsekuensi buruk dari tidak adanya tindakan dalam menghadapi perubahan iklim.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours