Malanutrisi dan kelangkaan bahan bakar mengancam bayi prematur di Gaza

Estimated read time 3 min read

Gaza (ANTARA) – Di Beit Hanoun, kota yang dilanda konflik di Jalur Gaza utara, Shahd al-Kafarna berjuang untuk bernapas di unit neonatal Rumah Sakit Kamal Adwan.

Shahd, yang lahir prematur tiga pekan lalu, mengandalkan tangki oksigen di inkubator. Ibunya Salma (29) tampak lemah, dia memperhatikan setiap gerak-geriknya dengan cemas dan penuh harapan.

“Stres, tekanan psikologis dan kekurangan gizi menyebabkan kelahiran prematur. Saat Shahd lahir, tidak ada tangisan, yang ada hanyalah keheningan,” cerita Salma tentang bayi perempuannya.

Sang ibu mengkhawatirkan kemungkinan terburuk, namun apa pun yang terjadi, Shahd menarik napas pertamanya.

“Setiap hari saya datang ke sini, saya melihatnya bertarung. Setiap tarikan napas terasa seperti kemenangan kecil, peluang baginya untuk menjadi lebih kuat,” ucap Salma dengan suara yang bercampur antara rasa takut dan tekad.

Warga Palestina berjalan melalui pasar di kamp pengungsi di Jalur Gaza utara pada 20 Juni 2024. (ANTARA/Xinhua/Mahmoud Zaki)

Namun, harapan Salma terancam oleh kekurangan bahan bakar yang membayangi rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan Hussam Abu Safiya berbicara tentang krisis yang akan terjadi jika tidak ada pasokan bahan bakar

“Tanpa bahan bakar, oksigen yang menopang bayi prematur seperti Shahd akan terhenti,” Safia memperingatkan.

“Sekitar 40 anak lahir dengan gizi buruk dan berat badan kurang karena ibu mereka tidak mendapat cukup makanan selama hamil,” kata Wissam Al-Saqani, petugas hubungan masyarakat di Rumah Sakit Kamal Adwan.

Al-Saqani mengatakan mereka berusaha menyelamatkan nyawa bayi prematur dengan memaksimalkan listrik rumah sakit untuk menjalankan mesin oksigen di inkubator di tengah kekurangan bahan bakar. Al-Saqani meminta badan kesehatan internasional untuk turun tangan dan menyediakan bahan bakar yang sangat dibutuhkan rumah sakit, terutama untuk inkubator, guna menyelamatkan nyawa pasien dan bayi prematur.

Wanita hamil dan bayi baru lahir sangat rentan di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menciptakan krisis kemanusiaan yang parah di wilayah padat penduduk tersebut.

Sebuah survei yang dilakukan pada bulan April oleh UN Women di Jalur Gaza menemukan bahwa 76 persen perempuan hamil yang disurvei melaporkan menderita anemia, dan 99 persen menghadapi kesulitan dalam mengakses makanan pokok dan suplemen.

Sementara Salma terus berdoa untuk keselamatan putrinya, warga Jabalia, Shaimaa Abu Sharek, menghadapi hal terburuk. Bayinya, yang lahir prematur tujuh hari lalu dan beratnya hanya 1 kilogram, meninggal akibat komplikasi gizi buruk saat hamil.

“Saya sangat menderita selama kehamilan karena pengungsian, ketakutan, kecemasan dan kekurangan gizi. Dia terlahir lemah dan tidak sempurna dan meninggal sebelum saya bisa menggendongnya,” kata ibu berusia 25 tahun itu.

“Apa yang kami sembunyikan sebagai ibu dan apa yang disembunyikan anak-anak kami sehingga kami harus membayar harga dari perang yang tidak dapat kami kendalikan ini?” Shaimaa bertanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours