Masyarakat diimbau tak khawatir isu BPA berdampak kesehatan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis penyakit dalam Universitas Indonesia (UI), Dr. Laurentius Aswin Pramono, M.Epid, SpPD-KEMD mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dengan permasalahan paparan senyawa bisphenol A (BPA) yang berdampak pada kesehatan organisme.

Sementara itu, kita sering mengabaikan faktor risiko yang terbukti jelas,” kata Aswin dalam diskusi, “Masalah BPA dan Metabolisme Tubuh: Fakta atau Mitos? ” di Jakarta, Selasa.

Aswin mengatakan, terdapat misinformasi mengenai BPA yang kerap disebut-sebut sebagai penyebab sejumlah penyakit seperti diabetes, dislipidemia, gangguan metabolisme, kanker (ovarium, prostat, dan payudara), kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), stroke, gagal jantung. keracunan ginjal atau ginjal, keracunan otak dan organ lainnya, kemandulan, disfungsi ereksi, pada psikologi dan kesehatan mental.

Menurutnya, hal tersebut merupakan rumor yang tidak bertanggung jawab dan semua penyakit di atas bukan disebabkan oleh BPA.

Dikatakannya, BPA yang diduga terkandung dalam air minum dalam kemasan (AMDK) berbahan polikarbonat (PC), tidak ditemukan dalam galon air minum atau jumlah bahan tersebut dapat dilaporkan tidak ada dalam air minum dalam kemasan atau satu galon air. air minum.

Selain itu, tidak ada polusi global atau masalah kesehatan masyarakat seperti polusi dari limbah perusahaan atau plastik yang berbahaya bagi kesehatan.

Aswin mengatakan, batas aman BPA adalah 4 mg/kg berat badan per hari. Sementara penelitian menunjukkan paparan BPA pada air minum kemasan hanya 0,01 persen atau 1 dari 10.000 yang berarti jumlahnya sangat kecil.

Selain itu, jika terkena paparan berlebih, tubuh manusia dapat memetabolisme segala zat kimia dan bahan anorganik yang tidak sengaja masuk ke dalamnya.

Faktanya, tubuh manusia dapat memperbaiki DNA sehingga dapat mencegah mutasi/karsinogen dalam tubuh.

Analoginya, BPA di dalam air akan berbahaya jika kita mengonsumsi 10.000 liter air atau setara dengan lebih dari 500 galon air minum berkapasitas 19 liter dalam sekali minum. Itu tidak mungkin, ujarnya.

Lebih lanjut Aswin menegaskan, dunia kedokteran dan kesehatan didorong oleh pengobatan berbasis bukti.

Oleh karena itu, risiko kesehatan atau masalah kesehatan harus didasarkan pada data, dan risiko apa pun harus masuk akal dan berada dalam batas risiko konsumsi manusia.

Ia menambahkan, diperlukan penelitian lapangan atau konsumsi manusia untuk menyimpulkan bahayanya bagi tubuh.

Pada akhirnya, risiko-risiko inilah yang dimasukkan dalam pedoman, petunjuk praktis atau konsensus organisasi kesehatan.

“Semua produk harus dikonsumsi dengan baik. Namun lebih jauh lagi, kami melihat produk-produk yang telah melewati masa berabad-abad merupakan bukti nyata dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat,” kata Aswin.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours