Masyarakat sebut sosialisasi lebih diperlukan dari peraturan MBDK

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Beragam reaksi masyarakat menyusul aturan pemerintah tentang Aturan Produksi Minuman Kemasan Manis (MBDK).

Dinno, 32, seorang pegawai swasta yang sadar kesehatan, mengatakan peraturan pemerintah yang mengatur kandungan gula dalam minuman kemasan diperlukan untuk keselamatan dan kesehatan masyarakat.

“Hal ini sangat penting terutama dari segi keamanan dan kandungan gulanya, karena semakin banyak minuman kemasan yang beredar di pasaran. Dengan adanya peraturan pemerintah, diharapkan minuman kemasan yang beredar aman bagi kesehatan,” kata Dinno pada acara tersebut. pertemuan di kawasan Jakarta Selatan pada Minggu.

Dino mengatakan, peraturan pemerintah ini bisa menjadi aturan tegas yang bisa diterapkan seperti pengaturan produksi rokok dan bisa membantu masyarakat lebih memahami bahaya konsumsi gula berlebihan.

Ia juga mengatakan, perlu dilakukan kontak dengan produsennya, karena selama ini komposisi dan indikasi jumlah gula pada minuman kemasan terlalu sedikit untuk dijadikan acuan sehingga masyarakat sedikit bingung dan akhirnya diabaikan. . itu, karena ini semua tentang rasa.

Namun, Alvioni, 29 tahun, berpendapat lain. Ia mengatakan kontak langsung dengan masyarakat lebih diperlukan karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki akses terhadap informasi murah dan bahaya mengonsumsi minuman kemasan manis.

“Menurut saya, sosialisasi sangat penting karena tidak semua orang mempunyai akses terhadap informasi yang baik. Mungkin hanya kalangan tertentu yang bisa mendapatkan informasi tentang bahaya minuman kemasan,” kata Alvioni saat ditemui di Jakarta Selatan.

Pegawai swasta di Sudirman ini mengatakan, sosialisasi yang dilakukan pihak terkait akan lebih efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kemasan minuman manis. Misalnya saja cara membaca kandungan gula dalam suatu kemasan agar tidak tertipu dengan jumlah yang sedikit, namun ternyata jumlah tersebut bukanlah jumlah keseluruhan dari suatu kemasan.

“Kita sebagai konsumen perlu jeli melihat label kemasan dan menyadari bahwa pada beberapa kemasan terkadang jumlahnya kecil, namun sepertinya perlu dikalikan tiga angka,” lanjutnya.

Selain sosialisasi dan aturan tertulis, supermarket juga harus mewajibkan pengumuman kandungan gula pada minuman kemasan, kata Alvioni, agar masyarakat tidak kesulitan memilih minuman sehat.

Ia mengatakan masih ada beberapa supermarket yang menerapkan hal ini dan ia berharap ada kebijakan yang dapat membantu masyarakat mengurangi asupan gula hariannya.

Hal senada juga disampaikan ibu salah satu anak Siti Ayu, 31 tahun, yang mengatakan bantuan tenaga kesehatan perlu lebih tepat sasaran di masyarakat.

Sosialisasi juga dapat digencarkan melalui iklan televisi untuk menjangkau masyarakat yang masih menggunakan ponsel pintar secara terbatas.

Perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini juga mengaku khawatir peraturan pemerintah dapat mempengaruhi pendapatan pelaku ekonomi yang masih menggunakan gula dalam produk yang dijualnya.

“Mungkin hal ini bisa dilakukan dokter melalui diskusi santai namun terfokus. Kemudian bisa juga melalui iklan non-profit di televisi bagi masyarakat yang masih sering menonton televisi dibandingkan menggunakan smartphone,” ujarnya.

“Sosialisasi harus menyeluruh, melibatkan sekolah, lingkungan hidup, dan media massa,” saran Dinno terkait sosialisasi.

Terkait dengan kesadaran akan bahaya kelebihan gula pada minuman kemasan, kini disepakati juga bahwa pengurangan konsumsi gula sangat penting bagi kesehatan. Mereka juga menyadari hal ini dengan membatasi asupannya dan memilih versi rendah gula.

Upaya menghindari penyakit terkait gula antara lain dengan membatasi konsumsi dan memperbanyak minum air mineral setiap hari, kata Siti Ayu.

“Iya, sekarang aku mulai memperhatikan label kemasannya, jadi aku mencari yang kandungan gulanya paling rendah, misalnya di kemasan susu atau teh, dan mencari yang kandungan gulanya lebih sedikit, tapi ternyata ternyata itu” Jika kurang manis, tidak apa-apa,” kata Alvioni.

“Kita mulai mengurangi gula dan itu semakin jarang terjadi, bahkan ketika kita mengonsumsi minuman kemasan, kita mulai memilih minuman yang sedikit gula,” kata Dinno.

Mereka pun mengaku kerap mendapat banyak informasi tentang bahaya kandungan gula berlebih pada minuman kemasan melalui media sosial. Oleh karena itu, mereka lebih memperhatikan kesehatan dan membatasi konsumsi gula pada minuman kemasan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours