Mau Anak Jadi Mandiri? 3 Cara Ini Bisa Dicoba Orang Tua

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Proses pendidikan di rumah merupakan pendidikan pertama atau pertama yang dialami anak sebelum memasuki jenjang formal, seperti PAUD, TK, dan/atau sekolah dasar. Anak-anak belajar lebih banyak dengan mengamati dan berlatih dari orang tuanya. 

Guru Sekolah Cikal Bandung Dwi Ayun Pratiwi mengatakan, orang tua merupakan pihak yang paling penting dalam membantu anak mengembangkan kemandirian di rumah. Orang tua harus bekerja sama dalam hal ini untuk menghadapi berbagai tantangan guna meningkatkan kemandirian anak. 

Jika orang tua merasa kesulitan untuk mendorong kemandirian anak, Anda bisa mencoba tips berikut ini:

1. Mulailah dengan gerakan sederhana yang teratur

Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran dari kegiatan sederhana secara rutin. Misalnya, anak usia 3 hingga 4 tahun terbiasa membersihkan mainan, anak terbiasa makan sendiri secara perlahan, dan anak terbiasa memakai sepatu. 

Ia mengatakan, tantangan yang dihadapi remaja akan selalu ada. Dalam hal ini, orang dewasa di sekitar kita ibarat kakek dari anak tersebut. “Sesuai takdir, belajarlah dari hal sederhana dulu. “Dengan konsisten mengajarkan kemandirian pada anak, orang tua dapat bekerja sama dengan orang dewasa lainnya seperti kakek, nenek, dan babysitter,” kata salah satu pendidik bernama Ayoun dalam keterangan tertulis yang diperoleh Republikaa.co.id, Selasa (14/5/2024).

2. Mengidentifikasi proses belajar mandiri anak

Langkah kedua dalam menghadapi tantangan atau kesulitan dalam membesarkan kemandirian anak adalah dengan menyadari dan memahami bahwa setiap anak memerlukan waktu dan langkah yang berbeda-beda untuk belajar menjadi pribadi yang mandiri. Orang tua hendaknya memahami bahwa setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk belajar mandiri dan berani mengutarakan pendapatnya. 

3. Evaluasi semua kemajuan dan berpikir bersama

Langkah ketiga yang mungkin dilakukan adalah menilai kemajuan dan pengembangan diri anak. “Orang tua harus bisa mengapresiasi segala kemajuan yang dicapai anaknya, tidak hanya itu saja, orang tua bisa bersama-sama melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan bersama anaknya,” ujarnya. 

Contoh rasa syukur bisa berupa ungkapan terima kasih dan pujian sederhana, seperti: “Wah terima kasih nak, kamu hebat sekali dengan mainannya, kamu bagus!” atau “Wah, anak-anak rapi sekali, mainannya beres-beres ya, Bu, bangga sekali.”

Dari rasa syukur dan renungan bersama orang tua dan anak, lambat laun rasa percaya diri anak akan meningkat. “Seiring berjalannya waktu, rasa percaya diri tersebut akan mendorong anak-anak untuk terus melakukannya,” kata Ayun.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours